33.AKHLAK
Allah swt. berfirman :“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berakhlak yag agung.” (qs. Al-qalam :4).
Diriwayatkan oleh Anas bahawa seseoarng bertanya kepada Nabi saw. “Wahai Rasulullah, siapakah di antara orang-orang beriman yang paling utama imannya?” Beliau menjawab :“Yaitu mereka yang paling baik akhlaknya.” (Hr. Ibnu Majah).Akhlak yang baik adalah keutamaan sejarah hidup hamba; sehingga mutiara-mutiara seseorang dapat tampak. Manusia itu terlapisi oleh fisiknya, namun terungkap oleh akhlaknya.Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq juga berkta : “Allah swt. menganugerahi Nabi-Nya saw. dengan keistimewaansifat beliau, dengan pujian yang sama sekali tidak pernah dipujikan kepada makhluk lain. Karena itu Allah swt. berfirman : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”Muhammad al-Wasithy mengatakan : “Allah swt. memberi predikat beliau dengan akhlak yang agung, karena beliau merelakan diri dari dunia dan akhiratnya, dan merasa puas hanya dengan Allah swt. semata.” Al-Wasithy juga mengatakan : “Akhlak yng mulia berarti orang tidak bertengkar dengan orang lain, tidak memushi oleh mereka, karena hamba itu diluapi kedahsyatan ma’rifat kepada Allah swt.”Al-Husain bin Manshur menjelaskan : “Akhlak mulia adalah, bahwa engkau tidak terpengaruh kekasaran orang banyak, setelah engkau memperhatikan Al-Haq.”Abu Sa’id al-Kharraz mengatakan : “Akhlak mulia berarti engkau tidak mempunyai cita-cita selain Allah swt.”AL-Kattany menegaskan : “Tasawuf adalah akhlak. Barangsiapa bertambah dalam akhlak berarti bertambah pula dalam tasawuf.”Riwayat dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan : “ Jika engkau mendengar aku mengatakan kepada seorang budak.” Semoga Allah melaknatimu.” Maka saksikanlah bahwa aku telah memerdekakannya.”Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan : “Jika seseorang bertindak dengan akhlak mulia dalam segala hal, tapi ia memperlakukan ayamnya dengan buruk, maka tidak dapat dianggap berakhlak baik.”Dikatakan : “Apabila Ibnu Umar melihat salah seorang budaknya melaksanakan shalat dengan baik, beliau akan memerdekakannya. Budak-budaknya semua tahu akan hal itu, dan mereka mengerjakan shlat dengan baik hanya semata agardilihat olehnya. Sekalipun demikian, Ibnu Umar masih tetap memerdekakan mereka. Ketika seseorang hendak menipu kami demi Allah, maka kami akan membiarkan diri kami ditipu demi Dia.Al-Harits al-Muhasiby mengatakan : “Kita akan merasa rugi jika kehilangan tiga hal : Wajah cerahdisertai dengan kesantunan, kata-kata yang diucapkan dengan baik dan disertai kejujuran, serta persaudaraan yang kuat dipadu dengan kesetiaan.”Abdullah bin Muhammad ar-Razy mengatakan : “Akhlak berarti memandang rendah apa pun yang datang darimu, dan mengagungkan yang datang dari Alalh swt.”Al-Ahnaf bin Qays ditanya : “Siapa yang mengajarkan akhlak kepadamu?” Ia menjawab : “Qays binAshim al-Munaqqary.” Orang itu bertanya lagi :”Bagaimana akhlaknya?” Al-Ahnaf menuturkan, “Suatu ketika ia sedang duduk-dudukdi rumahnya ketika seorang budak wanita masuk dengan membawa tusuk daging yang membara. Benda itu jatuh menimpa salah seorang anaknya, yang kemudian meninggal dunia. Budak itu sangat berduka. Qays mengatakan kepadanya : “Jangan khawatir, Engkau kumerdekakan, karena Allah.”Syah al-Kirmany menuturkan : “Satu tanda akhlak yang baik adalah, bahwa engkau mencegah bahaya, dan secara rela menanggung kerugian yang mereka timpakan kepadamu.”Rasulullah saw. bersabda :“Engkau tidak akan dapat memberikan kebahagiaan orang lain dengan hartamu, karenanya berilah kebahagiaan dengan wajah yang manis dan akhlak yang baik.: (H.r. Al-Bazzar dan Hakim).Seseorang bertanya kepada Dzun Nuun al-Mishry : “Sipakah orangyang paling banyak cemas?” Ia menjawab : “Orang yang paling burukakhlaknya.”Wagab menegaskan : “Jika seorang hamba mempraktikkn akhlak mulia selama empatpuluh hari. Allah akan menjadikan akhlak mulia sebagai sifat bawaan baginya.”Ketika menafsirkan firman Allah saw. :“Dan pakaianmu, hendaklah engkau bersihkan.” (Qs. Al-Muddattsir :4).Hasan al-Bashry menjelaskan bahwa ayat ini berarti : “Dan akhlakmu itu, perindahlah.”Seorang Sufi memiliki seekor domba betina. Ketika ia menemukan salah satu kakinya terpotong, ia bertanya : “Siapakah yang melakukanini?” Salah seorang budaknya menjawab : “Saya” Ketika ditanya mengapa ia melakukan hal itu, si budak menjawa : “Untuk membuat tuan bersedih karenanya.” Sufi itu menjawab : “Itu tidak terjadi, tapi akumerasa sakit karena tindakanmu itu. Pergilah, engkau kumerdekakan.”Ibrahim Bin Adham ditanya : “Apakah Anda pernah senang di dunia ini?” Ia menjawab : “Ya, dua kali. Yang pertama, ketika aku sedang duduk-duduk dan seorang laki-laki datang mengencingiku. Yangkedua, ketika aku sedang duduk-duduk dan seorang laki-laki datang menempelengku.”Dikatakan bahwa manakala anak-anak melihat Uways al-Qarany, mereka selalu melemparinya denganbatu. Karena itu ia mengatakan kepada mereka :” Jika memang kalian memang harus melempariku, gunakanlah batu yang ekcil agar kakiku tidak terluka, yang membuatku terhalang dhalat.”Suatu ketika seorang laki-laki memaki Ahnaf bin Qays dan menghinanya. Orang itu mengikuti di belakangnya. Ketika al-Ahnaf sampaidi dekat lingkungan kediamannya sendiri, ia berhenti dn menasihati orang itu, : “Wahai anak muda, jika engkau masih punya kata-kata untuk diucapkan, katakanlah sekarang, sebelum salah seorang tetangga dekat yang bodoh mendengar, dan menjawab kata-katamu.”Hatim al-Asham ditanya : “Haruskah seseorang menanggung beban dari setiap orang?” Ia menjawab : “Ya, kecuai dari dirinya sendiri.”Diceritakan bahwa Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib r.a. suatu ketika memanggil salah seorang budaknya, tapi si budak tidak menjawab. Beliau mengulangi panggilannya dua hingga tiga kali, tapi si budak masih tetap tidak menjawab. Ketika beliau datang melihat budak itu dan menemukannya sedang tidur-tiduran,Ali bertanya : “Apakah engkau tidak mendengar panggilanku?” Ia menjawab : “Ya, saya mendengar.” Beliau bertanya : “Lantas mengapa engkau tidak datang?” Si budak menjawab : “Saya merasa aman dari hukuman tuan, jadi saya malas.” Ali berkata kepadanya : “Pergilah, engkau merdeka karena Allah swt.”Diceritakan bahwa ketika Ma’ruf al-Karkhy pergi berwudlu, ia meletakkan Al-Qur’an dan jubahnya. Seorang wanita datang dan membawanya. Ma’ruf mengikutinya dari belakang. “Wahai saudaraku, akuadalah Ma’ruf al-Karkhy, engkau tidakapa-apa atas perbuatanmu ini. Apakah engkau punya seorang laki-laki yang dapat membaca Al-Qur’an?” Wanita itu menjawab : “Tidak.” Ma’ruf bertanya : “Seorang suami?” “Tidak,” jawab wanita itu. Ma’ruf lalu berkata, “Kalau begitu, berikanlah Al-Qur’an itu kembali kepadaku dan ambillah jubah itu!.”Para pencuri memasuki rumah Syeikh Abu Abdurrahman as-Sulamy dan mencuri segala sesuatu yang berharga. Salah seorang sahabt kamimendengar Syeikh tersebut menuturkan : “Suatu hari aku melewati pasar dan kulihat jubahnya sedang dilelang, tapi aku berpaling menjauh tanpa menaruh perhatian sedikit-pun padanya.”Al-Jurairy mengabarkan : “Aku baru saja pulang dari Mekkah, dan hal pertama yang kulakukan adalah mengunjungi al-Junayd agar tidak mengangan-angan diriku. Aku memberi salam kepadanya dan pulang ke rumah. Keesokan harinya ketika aku shalat subuh di masjid, aku melihatnya berdiri pada shaf di belakangku. Aku berkata : “Aku mendatangimu kemarin hanya supaya engkau tidak mengharap-hrap diriku.” Ia menjawab : “Itulah keutamaanmu. Dan itulah hakmu.”Ketika Abu Hafs ditanya tentang akhlak, ia mengatakan : “Akhlak adalah pilihan Allah swt. untuk Nabi-Nya saw. dalam firman-Nya : “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf.” (Qs. Al-A’raf :119).Dikatakan : “Akhlak berarti engaku dekat orang banyak, tapi asing terhadap urusan mereka.”Dikatakan pula : “Akhlak yang baik adalah bagaimana menerima perlakuan kasar manusia dan ketentuan Al-Haq tanpa merasa sedih dan cemas.”Dikatakan bahwa Abu Dzar memberi minum untanya di sebuah bak kolam air. Tiba-tiba ada sebagian orang yang menabraknya. Bak air itu pecah. AbuDzar duduk, kemudian berbaring. Seseorang bertanya kepadanya mengapa berbuat begitu. Ia menjawab “Rasulullah saw. memerintahkan kita,bahwa jika seseorang merasa marah,hendaklah ia duduk sampai marahnya reda. Jika tidak reda juga, hendaklah ia berbaring.”Tertulia dalam kitab Injil : “Hambaku, ingatlah kepada-Ku ketika engkau sedang marah, maka Aku akan mengingatkanmu ketika Aku marah.”Luqman berkata kepada nakanya : “Ada tiga macam orang yang tidak dikanli kecualai pada tiga perkara : “Seorang murah hati ketika marah, seorang pemberani di saat perang, dan seorang saudraa saat dibutuhkan.”Musa as. Berkata : “Tuhanku, aku memohon kepada-Mu agar tidak dikatakan kepadaku, hal-hal yang bukan diriku, “Allah mewahyukan kepadanya : “Aku tidak pernah melakukan hal itu untuk Diri-Ku. Bagaimana Aku bisa melakukannya untukmu?”Yahya bin Ziyad al-Haritsy ditanya, berkaitan dengan seorang budak yang buruk perilakunya. “Mengapa engkau masih tetap memeliharanya?” Ia menjawab, “Agaraku dapat belajar bermurah hati.”Tentang firman Allah swt. “.....dan (Dia) menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.”(Qs. Ar-Ruum:20), mempunyai makna bahwa “lahir” berarti pembentukan fisik manusia, dan “batin” adalah penyucian akhlakAl-Fudhail bin ‘Iyadh berkata : “Aku lebih suka berteman seorang penjahat penuh dosa, tapi akhlaknya baik daripada seorang saleh yag akhlaknya buruk.”Dikatakan : “Akhlak yang baik berarti menanggung penderitaan dengan penuh kegembiraan.”Diceritakan, bahwa Ibrahim bin Adham pergi ke salah satu padang pasir yang luas. Tiba-tiba seorang tentara muncul di hadapannya dan bertanya : “Di mana kampung paling ramai?” Ibrahim menunjuk ke kuburan. Tentara itu lalu memukul kepala Ibrahim bin Adham. Ketika akhirnya ia melepaskan Ibrahim, seseorang mengatakan kepadanya, “Itu tadi Ibrahim bin Adham, Sufi dariKhurasan.” Tentara itu lalu meminta maaf kepada Ibrahim bin Adham. Ibrahim berkata : “Ketika engkau memukulku aku berdoa kepada Alalhswt. agar memasukanmu ke dalam surga.” Tentara itu bertanya, “Mengapa?” Ibrahim menjawab : “Sebab aku tahu bahwa aku akan memperoleh pahala karena pukulan-pukulanmu. Aku tidak ingin nasibku menjadi baik dengan krugianmu, danperhitungan amalmu menjadi buruk karena diriku.”Diriwayatkan, ada seorang laki-laki mengundang Sa’id bin Ismailal-Hiry ke rumahnya. Ketika Sa’id muncul di muka pintu rumah orang itu, orang itu mengatakan kepadanya,“Wahai Syeikh, ini bukan waktu yang baik bagi tuan untuk masuk ke dalamrumahku. Anda benar-benar menyesal. Maaf silahkan pergi.” Ketika Sa’id datang lagi ke rumahnya, orang itu menyuruhnya pergi lagi seraya mengatakan, “Maaf tuan, Ia meminta maaf kepada Sa’id dan menyuruhnya supaya datang lagipada suatu waktu tertentu. Sa’id pun pergi. Ketika datang lagi, orang itu mengatakan hal yang sama. (Persitiwa itu sampai berulang empat kali). Akhirnya orang itu menjelaskan : “Wahai Syeikh, aku hanya ingin menguji Anda.” Ia lalu memintaa maaf kepada Sa’id dan memuji-mujinya. Sa’id menjawab : “Jangan memujiku karena sifat yang juga dimiliki oleh seekor anjing; jika anjing dipanggil, ia datang, jika diusir, ia pergi.”Dikdisahkan bahwa Sa’id al-Hiry sedang mewetati jalan menjelang tengah hari ketika seseorang di atas atap menumpahkan seember abu ke atas kepadalanya. Kawan-kawannya menjadi marah dan mulai meneriaki orang yang menumpahkan Abi itu. Sa’id berkata : “Jangan mengatakan apa-apa! Orang yang layak memeperoleh neraka, tapi hanya dikenai abu saja tidak berhak untuk marah.”Dikatakan, Salah seorang dari fakir sedag gmenjadi tamu di rumah Ja’fat bin Handzalah, yang leyaninya sebaik mungkinn. Fakir itu berkata : “Anda bertul-betul orang yang baik. Sayang Anda seorang Yahudi.” Ja’farmenjawab : “Agamaku tidak mempegaruhi caraku melayani kebutuhamu. Berdoalah agar jiwamu disembuhkan dan aku memperoleh hidayatnya!.”Diceritakan bahwa Abdullah al-Khayyath mempunyai pelanggan jahitan baju seorang Majusi. Orang itu biasa mebayarnya dengan uang dirham palsu dan Abdullah menerima saja uang palsu itu. Suatu hari ketika Abdullah sedang sibuk di Suraunya, orang Majusi itu datang untuk mengambil pakaian pesanannya dan mencoba membayarnya dengan dirham-dirham palsu, yang diberikan kepada muridnya, namun oleh murid itu ditolaknya. Akhirnya si orang Majusi itu mebayar dengan uang dirham asli. Ketika Abdullah kembali, ia bertanya kepada mudirnya : “Dimana pakaian pesanan orang Majusi itu?” Si pembantu menceritakan apa yang telah terjadi. Abdullah memarahinya. Katnya : “Engkau telah melakukan kesalahan. Selama beberapa waktu, kami telah melakukan bisnis dengan caranya itu, dan aku bersabar saja. Dirham-dirham palsu itu biasanya kulemparkan ke dalam sumur agar iatidak menipu orang lain, selain diriku.”Dikatakan : “Akhlak yang buruk menyempitkan hati pelakunya. Sebab ia tidak memberikan ruang bagi apa pun selain hawa nafsunya sendiri, dan hati menjadi seperti sebua ruangan sempit yang hanya cukup bagi pemiliknya.”Dikatakan pula : “Akhlak yang baik berarti bahwa engkau tidak peduli siapa pun yang berdiri di sebelahmu dalam shaf ketika shalat.”Dikatakn juga : “Suatu tanda keburukan akhlak Anda, manakala Anda hanya tertuju pada keburukan akhlak orang lain.”Rasulullah saw. ditanya : “Apakah yang disebut celaka itu? Beliau menjawab : “Akhlak yang buruk.”Diriwayatkan oleh Abu Hurairahr.a. baha seseorang memohon kepada Rasulullah saw. :“Wahai Rasulullah! Mohonlah kepada Allah swt. agar membinasakan orang-orang musyrik itu!” Beliau menjawab : “Aku diutus sebagai rahmat, bukan sebagai penyiksa.” (H.r. Muslim).
34.KEDERMAWANAN HATIAllah swt. berfirman :“Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)>” (Qs. Al-Hasyr :9).Diriwayatkan oleh Aisyah r.a. Rasulullah saw. bersabda :“Orang-orang yang dermawan dekat dengan Allah swt, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari nerka. Sedangkan orang-orang bakhil jauh dari Allah swt. jauh adari manusia, jauh dari surga dan dekat pada neraka. Orang-orang bodoh yang pemurah lebih disukai Allah swt. ketimbang orang yang tekun ibadat tetapi bakhil.” (Hr. Tirmidzi, Baihaqi dan Thabrani.).Tidak ada perbedaan dalam bahasa ilmu pengetahuan antara kata juud dan sakha’. Allah tidak digambarkan dengan sifat sakah’ hanya karena tidak adanya ketentuanpasti dari-Nya. Hakikat murah hati (juud), manakala seseorang tidak merasa keberatan ketika mencurahkan dirinya kepada orang lain.Sementara sebagian kalangan Sufi, derma (sakha’) adalah tahap pertama, disusul oleh Juud, kemudian memprioritaskan orang lain (itsar). Orang yang memberikan kepada sebagian manusia dan menyisakan untuk sebagian lainnya, ia adalah pemilik sakah’. Sedangkan orang yang menyerahkan lebih banyak miliknya, dan menyisakan sedikit untuk dirinya, ia adalah orang yang memiliki juud. Orang yang berada dalam keadaan sangat membutuhkan, tetapi masih mengutamakan kebutuhan orang laindengan memberikan miliknya yang hanya cukup untuk hidupnya, itulah sifat itsar.Saya mendengar dari Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq, bahwa asma’ binti Kharijah al-Fazzary mengatakan: “Aku tidak mau menolak seseorang yang datang meminta kepadaku. Jika ia seorang yang terhormat, aku memberinya untuk menjaga kehormatannya. Jika ia seorang rendahan, ia membuatku mempu menjaga kehormatanku sendiri.”Dikatakan bahwa Muwarriq al-‘ijly dahulu pintar sekali dalam cara-caranya menunjukkan kebaikan budi kepada sahabat-sahabat dekatnya. Ia biasa meninggalkan uang seribu dirham kepada mereka dan berkata : “Tolong jaga uang ini sampai aku kembali!” Kemudian, ia menulis surat kepada mereka : “Uangitu boleh kalian ambil.”Dikatakan, seseorang dari Manbij bertemu dengan seseorang dari Madinah, Orang manbij bertanya tentang orang tersebut. “Ia dari mana?” Dikatakan kepadanya bahwa orang itu dari Madinah. “Seseorang dari kota Anda, bernama Hakam bin Abdul Muthalib datang gkepada kami dan membuat kami kaya.” Orang Madinah itu bertanya : “Bagaimana mungkin?” Ia tidak datang kepada Anda, kecuali sekedarselembar jubah bulu domba!” Orang Manbij itu menjawab : “Ia tidak menjadikan kami kaya harta. Namun ia mengajarkan kepadakami kemurahan hati. Dengan begitu kami lalu saling memberi satu sama lain hingga kami menjadi kaya.”Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan : “Suatu ketika Ghulam al-Khalil membawa para Sufi di hadapan Khalifah. Sang Khalifah lalu menyuruh agar mereka dipenggal lehernya. Sementara al-Junyad terlindung oleh kedudukannya yang terhormat di lapangan fiqih. IA dapat memberikan fatwa sesuai dengan mazhab Abu Tsur.Mengenai asy-Syahham, ar-Raqqam, an-Nury dan lain-lainnya, merek itu ditangkap, dan tikar dibentangkan untuk pemenggalan kepala mereka. An-Nury melangkah ke depan dan si Algojo bertanya kepadanya : “Apakah engkau sadar apa yang akan menimpa dirimu?” Ia menjawab : “Ya” Si Algojo bertanya lagi : “Lantas apa yang membuatmu begitu bersemangat tampil ke depan?” Ia menjawab : “Aku ingin agar kawan-kawanku dapat menikmati hidup beberapa saat lagi.”Si Algojo merasa bingung bercampur heran atas jawaban An-Nury, dan melaporkan hal itu kepada Khaliafah, yang kemudian diteruskan oleh para Sufi itu kepada seorang hakim untuk diperiksa perkaranya. Sang Hakim mengajukanbeberapa pertanyaan seputar Fiqih kepada Abul Husain an-Nury, dan dijawabnya semua, lantas ia mengatakan : “Di samping itu, sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang jika mereka berdiri, berdiri bersama Allah, dan apabila bicara, mereka bicara bersama Allah.” Ia terus berbicara dan kata-katanya membuat sang Hakim menangis. Hakim itu lalu mengirim pesan kepada Khalifah : “Jika orang-orang ini dianggap zindiq, maka tidak ada lagi seorang Muslim pun di muka bumi ini.”Dikisahkan, Ali ibnul Fudhail membeli barang-barang dari penjaja-penjaja terdekat. Seseorang berkata :“Anda akan menghemat uang jika mau pergi ke pasar.” Ia menjawab : “Penjaja-penjaja ini telah datang ke dekat rumah kita denegan harapan dapat menyediaka jasa kepada kita.”Dikatakan : “Seorang laki-laki mengirimkan seorang budak wanita kepada Jabalah, ketika ia sedang berada bersama murid-muridnya. Ia berkata : “Betapa buruknya bila aku menerima budak ini sementara Andasemua ada di sini. Aku tidak ingin mengisitimewakan salah seorang dari Anda dengan memberikan budak ini, sedangkan Anda semuanya mempunyai hak atas budak itu dan juga atas penghormatanku. Budak ini tidak dapat dibagi-bagi di antara Anda sekalian.” Jumlah mereka sebanyak delapanpuluh orang. Akhirnya Jabalah memerintahkan agar didtangkan seorang budak wanita atau laki-laki untuk masing-masing muridndya itu.”Dikatakn : “Suatu hari, Ubaydullah bin Abu Bakrah kehausandi tengah perjalanan. Lalu ia meminta air di rumah seorang wanita. Wanita itu mengisi sebuah cangkir untuknya dan berdiri di belakang pintu, seraya berkata : “Menjauhlah dari pintu dan suruhlah salah seorang budakmu untuk mengambil cangkir ini dariku, karena aku adalah seorang wanita Arab, dan budakku telah meninggal dua hari yang lalu!”Ubaydullah meminum air itu lalu mengatakan kepada budaknya, “Ambilkan uang sepuluh ribu dirham untuknya!.” Wanita itu berseru : “Subhanallah, Anda menghinaku?” Mendengar tanggapan wanita itu, Ubaydullah menyuruh budaknya untuk menyerahkan duapuluh ribu dirham. Lalu wanita itu berkata : “Akumohon kepada Allah swt. agar Anda dimaafkan.” Ubaydullah berkata lagi, “ Ambilkan tigapuluh ribu untuknya!.” Saat itulah si wanita membanting daun pintu rumahnya dan berteriak : “Anda benar-benar memalukan!>” Tatepai Ubaydullah berhasil memberikan kepadanya uang tigapuluh ribu dirham itu, yang juga diterimanya. Sorenya, jumlah pelamarnya telah menjadi berlipat ganda.Dikatakan : “Kedermawanan hati berarti bertindak pada saat munculnya instik yang pertama.”Saya mendengar salah seorangmurid Abul hasan al-Busyanjy – semoga Allah merahmatinya – menuturkan : “Abul Hasan al-Busyanjy sedang berada di dalam toilet. Ia memanggil salah seorang muridndya dan memerintahkan : “Ambillah baju ini dariku dan berikan kepaa si Fulan!” Seseorang bertanya kepadanya : “Tidak dapatkah Anda menunggu sampai Anda keluar dari toilet?” Ia menjawab : “Aku tidak yakin apakah aku tidak berubah pikiran dan batal memberikan baju ini.”Qays bin Sa’d bin Ubadah pernah ditanya : “Pernahkah Anda melihat orang yang lebih pemurah dari diri Anda sendiri?” Ia menjawab tegas : “Ya.” Pernah kami berhenti di apdang pasir di rumah seorang wanita. Suaminya pulang, dan ia berkata kepadanya : “Engkau punya banyak tamu.” Maka suaminya itu lalu mengambil seekor unta, menyembelihnya, dan memberitahukan, “Ini untuk Anda semua.”. Keesokan hari ia mengambil seekor unta lagi dan mengatakan : “Ini untuk Anda.” Kami berkeberatan : “Tapi unta yang Anda sembelih kemarin itu baru kami makan sedikit saja. “Ia menjawab : “Saya tidak pernah meninggalkan daging basi kepada tamu-tamu saya.”Kami tinggal di rumah orang ituselam dua atau tiga hari lagi sementara hujan terus menerus turun, dan ia pun terus melakukan halyang sama. Ketika hendak berangkatmeneruskan pejalanan, kami tinggalkan uang seratus dinar di rumahnya dan berkata kepada isterinya : “Mintakan maaf untuk kami kepada suami Anda!>” Lalu kami berangkat meneruskan perjalanan. Pada tengah hari tiba-tibaada teriakan seseorang di belakang kami: “Berhenti wahai gerombolan orang jahat! Kalian semua mau membayar keramah-tamahanku? Lalu ia memaksa kami kembali dan mengatakan : “Anda mengambilnya kembali, atau saya tusuk Anda dengan tommbak saya ini!.” Uang itu kami ambil kembali dan kami pun terus melanjutkan perjalanan. Kemudian orang itu bersyair :Jika kau ambil kembali pahalaKarena apa yang telah kuberikan,Maka biarlah kehinaanBagi peraihnya.Ahmad bin Atha’ ar-Rudzbary berkunjung ke rumah salah seorang sahabtnya. Tidak seorang pun yang ada di rumah itu dan pintu rumah dikunci. Ia berkata : “Orang ini seorang Sufi, tapi mengunci rumahnya? Hancurkan saja kuncinya?” Maka meraka pun membongkar kunci rumah itu. Diperintahkannya agar mereka membawa barang-barang yang ditemukan di rumah itu untuk dijual ke pasar. Kemudian mereka mendiami rumah itu.Ketika si empunya rumah datang, ia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian istrinya masuk rumah itu, dan ia masih mempunyai pakaian. Dilemparkannya pakaian itu sambil berucap : “Wahai para sahabt, ini juga bagian dari milik duniawi kami, maka juallah pula!” Suaminya bertanya kepadanya : “Mengapa engkau lebih suka menderita seperti ini?” Si istri menjawab : “Diamah!” Bagi seorang syeikh seperti itu, yang menghormati kita dengan memperlakukan kita penuh keakraban dan yang melaksanakan urusan-urusan kita, juga menyisakan untuk kita sesuatu yang dapat kita hinakan.”Bisyr ibnul Harits mengatakan :“Menaruh perhatian kepada seorang yang bakhil membuat hati jadi keras.”Dikatakan, ketika Qays bin Sa’id bin Ubadah jatuh sakit, sahabt-sahabatnya tidak datang menjenguknya, karena itu ia bertanyatentang mereka. Dikatakan kepadanya : “Mereka malu karena hutang-hutangnya kepada Anda. “Ia berteriak : “Semoga Allah melaknat uang yang mencegah seorang saudara mengunjungi saudaranya.!” Qays bin Sa’d lalu mengirim seorang utusan untuk mempermaklumkan bahwa barangsiapa mempunyai hutang kepadanya, hutang itu dihalalkan. Sore itu pintu rumahnya rusak karena desakan orang-orang yang datang mengunjunginya.Dikatakan kepada Abdullah bin Ja’far, “Anda memberi cukup banyak jika diminta, tetapi Anda menggerutujika ditentang meskipun sedikit.” Ia menjawab, “Aku memberikan hartaku, tapi aku menggerutu dengannalarku.”Diceritakan bahwa Abdullah binJa’far pergi menengok salah satu perkebunanya di pedesaan. Di tengah perjalanan, ia berhenti di sebuah kebun kurma suatu kaum dimana seorang budak hitam sedangbekerja. Ketika si budak itu mengeluarkan bekal makanannya, seekor anjing masuk ke dalam kebunitu dan mendatanginya. Budak itu lalu meemparkan sepotong roti, dan anjing itu memakannya. Ia melemparkan sepotong lagi, dan sepotong lagi roti pada anjing itu, yang terus lahap memakannya.Abdullah bin Ja’far, yang melihat hal itu, bertanya kepada si budak : “Wahai budak, berapa banyakmakanan yang engkau terima tiap hari?” Ia menjawab : “Seperti yang anda saksikan adi.” Abdullah bertanya, “Lantas mengapa engkau berikan makananmu pada anjing itu, bukannya engkau makan sendiri.?” Sibudak menjelaskan : “Di tempat ini tidak ada anjing. Anjing itu telh datang dari jauh dalam keadaan lapar, dan saya tidak mau mengusirnya.” Abdullah bertanya lagi: “Bagaimana engkau makan hari ini?” Si budak menjawab : “Saya akanberlapar saja hari ini.” Abdullah berkata : “Aku telah dicela orang karena terlalu pemurah! Ternyata budak ini lebih pemurah dariku.” Maka ia lalu membeli kebun kurma itu, sekaligus dengan budak itu dan alat-alat kerjanya, kemudian memerdekakan budak itu dan memberikan kebun itu kepadanya.”Diceritakan bahwa seorang laki-laki mengunjungi seorang sahabatnya, lalu mengetuk pintu rumah sahabtnya itu. Si sahabat bertanya kepadanya : “Ada apa?” Laki-laki itu menjawab : “Aku punya hutang sebanyak empat ratus dirhamyang memberatkan hatiku.” Maka laki-laki itu lalu mengambil uang empatratus dirham dan memberikannya kepada sahabatnya. Setelah itu ia masuk ke dalam sambil menangis. Istrinya bertanya kepadanya : “Mengapa engkau tidak mengjukan alasan kepadanya, bahwaAnda dalam keadaan susah?” Suaminya menjawab : “Aku menangis karena kau tidak melihat kondisi yang menimpanya sehingga terpaksa mengungkapkannya kepadaku.”Mutharrif asy-Syakhir mengajarkan : “Apabila salah seorang di antaramu membutuhkan sesuatu dariku, hendaklah menyampaikannya melalui pesan tertulis, sebab aku tidak suka melihathinanya wajah seseoarng yang sangat membutuhkan.”Diceritakan bahwa seseorang ingin membuat gara-gara terhadap Abdullah bin Abbas. IA membawa orang-orang tekemuka di kota dan mengatakan kepada mereka bahwa Abdullah telah mengundang mereka ke rumahnya untuk makan siang hari itu juga. Mereka pun pergi ke rumah Abdullah, dan pekarangan rumahnya pun penuh dengan kehadiran mereka. Abdullah bertanya : “Ada apa ini?” Seseorang memberitahukankepadanya apa yang telah terjadi. Dengan segera Abdullah menyuruh orang untuk membeli buah-buahan dan roti serta memasak makanan. Semunaya itu dikerjakan tepat pada waktunya. Ketika semua makanan telah habis dimakan, ia bertanya kepada para wakilnya, : “Apakah mungkin bagiku untuk menyediakan makanan begini banyaknya setiap hari?” Mereka menjawab : “Ya”. MakaAbdullah pun mengatakan : “Jika demikian, biarlah semua orang ini menjadi tamuku setiap hari.”Saya mendengar Syeikh Abu Abdurrahman as-Sulamy menuturkan: “Ketika Syeikh Abu Sahl ash-Sha’luky sedang berwudhu di pekarangannya, seorang laki-laki datang meminta sedekah. Abu Sahl tidak membawa sesuatu pun, karenanya ia lalu berkata : “Tunggu sampai aku selesai!” Orang itu pun menunggu. Begitu Abu Sahl selesai, ia berkata kepada orang itu : “Ambillah botol minyak wangi ini danpergilah!” Orang itu mengambil botolitu lalu pergi. Abu Sahl menunggu sampai ia merasa yakin bahwa orangitu sudah pergi jauh; kemudian ia berteriak : “Ada orang mencuri botol minyak wangi!” Orang-orang pun mengejar “si pencuri” tetapi tidak berhasil menyusulnya. Abu Sahl berbuat demikian hanya karena keluarganya sering mengecamnya atas tindakannya yang sering menyerahkan hartanya untuk orang lain.Syeikh Abu Sahl memberikan jubahnya kepada seorang laki-laki di saat musim dingin. Karena hanya itu satu-satunya jubah milik beliau, maka beliau memakai jubah wanita jika hendak pergi mengajar. Suatu delegasi ulama-ulama terkenal yang terdiri dari wakil-wakil dari setiap bidang ilmu datang dari Persia. Delegasi tersebut mencakup pra fuqaha tekemuka, ahli kalam, ahli nahawu. Sedangkan panglima tentara, yakni Abul Hasan, memerintahkan Abu Sahl untuk menyambut kedatangan mereka. Beliau mengenakan pakaian perang di balik jubah wanita yang dipakainya, lalu menaiki kendaraannya. Sang Panglima berkata : “Ia mengejekku di hdapan seluruh penduduk kota, dengan berkendaraan memakai jubah wanita!” Tetapi Abu Sahl kemudian berdebat dengan seluruh anggota delegasi terssebut, dan berhasil memenangkannya.Saya juga mendengar Syeikh Abu Abdurrahman as-Sulamy – semoga Allah merahmatinya – mengabarkan bahwa Syeikh Abu Sahl tidak pernah memberikan sedekah kepada siapa pun dengan tangannya sendiri. Bahkan hartanya ia lempar ke tanah agar diambil orang yang membutuhkannya, dan berkata : “Dunia ini bagiku kecil nilainya dibanding kau melihat ke arahnya, sementara tanganku di atas tangan seseorang.” Ia menyitir sabdaRasulullah saw. “ Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah.” (Hr. Muslim dan Tirmidzi).Abu Marrtsad – rahimahullah --- salah seorang yang murah hati, dan karenanya salah seorang penyairtelah memujinya. Beliau mengatakan: “Aku tidak punya sesuatu pun untuk kuberikan kepadamu. Laporkan kepada Hakim, dengan tuduhan bahwa aku berhutang kepadamu sepuluh ribu dirham, untuk ku akui, sehingga hakim itu menahanku. Sebab keluargaku pasti tidak membiarkan diriku ditahan.” Si penyair itu pun menuruti perintahnya dan ia tidak dapat berbuat banyak, kecuali Abu Martsad harus menyerahkan sepuluh ribu dirham agar ia keluar dari tahanan. An Abu Martsad pun keluar setelah ditunaikan hutangnya.Sorang laki-laki meminta sedikit sedekah kepada Hasan bin Alibin Abu Thalib r.a. Maka beliau lalu memberi orang itu sebanyak lima puluh ribu dirham dan limaraus dinar.Beliau menyuruh orang itu mencari kuli untuk mengangkut uang itu. Orang itu pun lalu mencari kuli. Kemudain al-Hasan memberikan kepadanya selendangnya, sambil berkata :”Upah kuli itu, kutanggung juga.” Ketika seorng wanita meminta makok madu kepada Lsyts bin Sa’id, ia menyuruh orang membawa sekantong kulit penuh madu kepada wanita tersebut. Seseorang mengkritik atas tindakannya itu, dan dijawab oleh Layts, “Ia meminta sesuai dengan kebutuhannya, dan aku memberi sesuai dengan kesenanganku.”Salah seorang Sufi menuturkan: “Aku Shalat Subuh di masjid al-Asy’ats di Kufah, karena aku sedang mencari salah seorang yang berhutang kepada kepadaku. Seusai menunaikan shalat, seseorang meletakkan satu stel pakaian dan sepasang ssandal di hadapan setiap orang yang ada di masjid itu, termasuk juga diriku. Aku bertanya:Apa ini?” Orang-orang menjawa:Al-Asy’ats telah kembali dari Mekkah,dan beliau menyruh hal ini dilakukan kepada seluruh jamaah masjid.”. Akuberkata : “Akan tetapi aku orang luar. Aku datang ke kota ini hanya untuk mencari salah seorang yang berhutang kepadaku.” Mereka berkata : “Hadiah ini untuk semua yang hadir.”Diceritakan, bahwa menjelang wafat, asy-Syafi’y r,a, memerintahkan: “Perintahkan si Fulan agar memandikan aku!” Namun orang yang dimaksud tidak ada di sana. Ketika ia datang kepadanya dikatakan tentang pesan asy-Syafi’y tersebut. Maka ia minta untuk melihat pembukuan asy-Syafi’y, dan ia menemukan bahwa asy-Syafi’y punya hutang sebanyak tujuh puluh ribu dirham. Orang itu kemudian menyelesesaikan huang itu dan berkaa : “Inilah tugasku memandikanbeliau.”Diceritakan bahwa ketika asy-Syafi’y kembali ke Mekkah dari San’a beliau membawa uang sepuluhribu dinar. Seseorang mengatakan kepada beliau : Anda harus membeli budak wanita dengan uang itu.” Mendengar itu, beliau lalu memasang sebuah tanda di luar kotaMekkah dan menumpahkan dinar-dinar tersebut. Kepada setiap orang yang datang ke kemah, beliau memberinya segenggam uang. Ketika waktu dhuhur tiba, beliau berdiri dan mengibas-ngibaskan jubah, dan ternyata tidak sekeping yang pun yang tertingggal.Dikisahka, bahwa as-Sary pergi kelaut pada hari raya, dan bertemu dengan seorang penting. Tetapi as-Sary hanya melihat sekilas saja kepadanya. Seseorang berkaa : “Itu orang penting.” Ia menjawab : “Aku tahu siapa dia, tetapi telah dituturkanbahwa apabila dua orang Muslim berjumpa, maka seratus bagian rahmat Allah dibagikan kepada mereka berdua :sembilan puluh persen untuk orang yang lebih bergembira di antara mereka berdua.Aku ingin agar ia memperoleh bagianyang lebih banyak.Diceritakan bahwa suatu hari Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib r.a. sedang menangis. Seseorang bertanya kepada beliau : “Apa yang membuat Anda menangis?” Beliau menjawab : “Tidak seorang pun tamuyang datang kepadaku selama seminggu. Aku takut bila Allah swt. telah menghinaku.”Dikatakan bahwa Anas bin Malik r.a. mengatakan : “Zakat atas rumah adalah hendaknya sebuah kamar disediakan di dalamnya untuk tamu.”Mengenai firman Allah swt. :“Sudah sampaikah kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan?” (Qs. Adz-Dzariyat :24).Yang dimaksud bahwa tamu-tamu yang dimuliakan, karena Ibrahim as. Sendiri yang melayani mereka. Juga dikatakan demikian, karena si tamu seorang mulia dengan sendirinya juga seorang yangmulia.Ibrahim ibnul Junayd menuturkan : “Ada empat perbuatan yang tidak boleh dihindari oleh seseorang, walaupun ia seorang prnguasa : “Berdiri dari tempat duduknya untuk ayahnya, melayani tamunya, melayani seorang ulama yang pernah menjadi gurunya, dan bertanya tentang apa yang tidak diketahuinya.”Ibnu Ababs r.a. bekomentar tentang firman Allah swt. :“Tidak ada halangan bagi kamumakan bersama-sama mereka atau sendirian.” (Qs. An-Nuur :61).Ayat ini bermakna : “Mereka akan merasa berdosa jika di antara mereka makan sendirian. Maka Allahlalu mengizinkan hal itu bagi mereka.”Dikatakan bahwa Abdullah bin Amir bin Kurayz sekali waktu sedang menjamu seorang laki-laki dengan baik. Ketika orang itu hendak berangkat, budak-budak Abdullah menolak membantunya. Ketika ditanya tentang hal ini, Abdullah menjawab : “Mereka enggan membantu orang yang meninggalkankami.”Abdullah bin Bakuwayh melantunkan syair al-Muntanabby dalam konteks di atas :Jika kau tinggalkan kaumPadahal mereka mampuUntuk tidak memisahkan ddirimu dengan merekaMaka orang yang berangkatKan menjadi susahAbdullah bin Mubarak berkata :“Kemurahan jiwa dengan tidak menengok milik orang lain lebih baik dari kemurahan hati dalam memberikan milik sendiri.”Salah seorang Sufi berkata : “Pada suatu hari yang sangat dingin aku pergi ke Bisyr ibnul Harits. Ia telah melepskan sebagian dari pakaiannya, dan menggil kedinginan.Aku bertanya kepadanya : “Wahai Abu Nashr, orang lain mengenakan pakaian tambahan pada hari seperti ini. Mengapa Anda berpakaian begitutipis?” Ia menjawab : “Aku ingat kepada orang-orang miskin dan keadaan mereka, dan aku tidak punya apa pun untuk diberikan kepada mereka. Maka aku ingin sama-sama menderita seperti halnyamereka, kedinginan.”Abu Ali ad-Daqqaq mengatakan : “Kedermawanan hati bukanlah jika orang kaya memberi kepada orang miskin. Kedermawanan hakiki adalah jika orang miskin memberi kepada orangkaya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar