11.LAPAR DAN MENINGGALKAN SYAHWATAllah berfirman :“Dan, sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sebagian ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Baqarah :155).Berikanlah kabar gembira dengan pahala yang indah karena kesabaran mereka dalam menanggung lapar. Allah swt. berfirman :“Dan mereka memprioritaskan (Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka beikan itu).” (Qs. Al-Hasyr :9).Anas bin Malik menuturkanbahwaketika Fatimah r.a. (Fatimah az-Zahra’ (18 s.H – 11 H/605 – 632 M). Putri Rasulullah saw. keturunan Bani Hasyim, suku Quraisy. Ibundanya Khadijah binti Khuwailid. Fatimah dinikahkan Ali bin Abu Thalib r.a. melahirkan Hasan dan Husein, Ummu Kaltsum dan Zainab). Fatimah r.a. memberikan sekerat rotibagi Rasulullah saw. beliau bertanya: “Apa ini, wahai Fatimah?” Fatimah menjawab : “Sepotong roti yang sayamasak sendiri. Hati saya tidak dapat tenang sebelum memberikan roti ini kepadamu.”Beliau menjawab : “Ini adalah sepotongmakanan pertama yang masuk ke mulut ayahmu sejak tiga hari ini.” (Hadits ini diriwayatkan olehal-Harits bin Abu Usamah dalam Musnad-nya, melalui sanad yang dha’if, namun memiliki bukti kebajikan sanad dalam maknanya).Alasan inilah yang menjadikan lapar termasuk dalam sifat kaum Sufdan salah satu tiang mujahadah. Para penempuh suluk selangkah demi selngkah membiasakan berlapar-lapar menahan diri dari makan, dan mereka menemukan mata air kebijaksanaan di dalam lapar. Cerita tentang mereka dalam hal ini cukup banyak.Ibnu Salim berkata : “Etika berlapar diri adalah bahwa seseorang terus menerus tidak mengurangi porsi makanannya, kecuali sebesar telinga kucing (amat sedikit).” Dikatakan bahwa Sahl bin Abdullah tidak makan, kecuali setiap limabelas hari. Manakala Bulan Rmadhan tiba, ia bahkan tidak makan sampai melihat bulan baru. Dan tiap kali berbuka hanya minum air putih saja.Yahya bin Mu’adz menjelaskan: “Seandainya orang dapat membeli lapar di pasar, maka para pencari akhirat niscaya tidak akan perlu membeli sesuatu yang lain di sana.”Sahl bin Abdullah berkomentar:“Ketika Allah swt. menciptakan dunia, Dia menempatkan dosa dan kebodohan di dalam kepuasan nafsumakan dan minum, dan menepatkan kebijaksanaan dalam lapar.”Yahya bin Mu’adz mengatakan: “Lapar bagi para penempuh jalan Allah (murid) adalah olah ruhani (riyadah), sebuah cobaan bagi orang-orang yang berTaubat, dan siasat bagi para zahid, tanda kemuliaan bagi para ahli ma’rifat.”Yeikh Abu Ali ad.-Daqqaq menuturkan : “Seseorang datang menjumpai salah seorang syeikh, dan ketika melihat sang syeikh menangis, ia bertanya, ‘Mengapa Anda menangis?’ Sang Syeikh menjawab : “Aku lapar.” Ia mencela, “Seorang seperti Anda, menangis karena lapar?” Sang Syeikh balas mencela : “Diamlah! Engkau tidak mengetahui bahwa tujuan-Nya menjadidkan aku lapar adalah agar aku menangis.”Dawud bin Mu’adz mengisahkan, bahwasanya Mukahllidmengabarkan : “Al-Hajjah bin Furafishah sedang berada bersama kami si Syam, dan selama lima puluhmalam ia tidak minum air ataupun mengisi perut dengans esuap makanan pun.”Abu Abdulalh Ahmad bin Yahyaal-Jalla’ berkata : “Abu Turab an-Nakhsyaby datang mengarungi padang pasir Bashrah ke Mekkah – Semoga Allah melindungi kota ini – dan kami bertanya kepadanya tentang makanannya. Ia menjawab : “Aku meninnggalkan Bashrah, makandi Nibaj dan kemudian di Dzat Araq. Dari Dzat Araq aku datang kepada kalian.” Jadi, ia menyebari padang itudengan hanya makan sebanyak dua kali.”Setiap kali Sahl bin Abdullah lapar, ia tegar, dans etiap kali makan,ia menjadi lemah.Abu Utsman al-Maghriby berkata : Orang yang mengabdi kepada Tuhan (rabbany) hanya makan setiap empat puluh hari, dan orang yang mengabdi kepada Yang Abadi (Shamadany) hanya makan setiap delapan puluh hari.”Abu Sulaiman ad-Darany menegaskan : “Kunci dunia ini adalahmengisi perut, dan kunci akhirat aalah lapar.”Sahl bin Abdullah ditanya : “Bagaimana pendpat Anda tentang orang yang makan sekali sehari?” Dijawabnya : “Itulah makan orang beriman.” Bagaimana dengan yang makan tiga kali sehari?” Ia mencela : “Suruh saja orang membuat gentong makanan untukmu.”Yahya bin Mu’adz berkomentar:Lapar adalah pelita, dan kenyang adalah api. Hawa nafsu adalah seperti kayu api yang darinya munculapi yang berkobar, dan tidak akan padam sampai ia membakar pemiliknya.”Abu Nash as-Sarraj ath-Thausy menuturkan : “Seorang laki-laki dari kaum Sufi datang menemui seorang syeikh dan menyuguhkan sedikit makanan. Lalu ia bertanya : “Sudah berapa lama Anda tidak makan?” Sang Syeikh menjawab : “Lima hari.” Si Sufi berkata : “Lapar Anda adalah lapar orang bakhil> Anda memakai pakaian (bagus) sementara Anda lapar. Itu bukanlah lapar orang fakir!”Abu Sulaiman ad-Darany menegaskan : “Bahwa meninggalkansepotong daging di waktu makan malam lebih kusukai daripada melakukan shalat sepanjang malam.”Berkata Abul Qasim Ja’far bin Ahmad ar-Razy : “Beberapa hari Abul Khayr al-“Asqalany ingin sekali mengkonsumsi ikan. Lalu sejumlah ikan sampai ke tangannya melalui jalan yang halal. Tetapi ketika tangannya meraih ikan itu untuk dimakannya, lalu ia berkata : “Ya Alalh, jika hal ini menimpa orang yang mengulurkan tangannya karena ingin memakan barang yang halal, apa pula yang akan terjadi kepada orang yang mengulurkan tangannya untuk sesuatu yang haram?”Saya mendengar Rustam asy-Syirazy as-Shufy menuturkan : “Abu Abdullah bin Khafif sedang menghadiri jamuan makan, tiba-tiba salah seorang muridnya bermaksud mengambil makanan mendahului sang syeikh, karena laparnya. Salah seorang murid syeikh, yang ingin menegus atas ketidak sopanannya itu, meenpatkan sedikit makanan di hadapan si fakir itu. Menyadari bahwa dirinya dicela karena kurang beradab, si fakir itu lalu tidak mau makan selama limabelas hari sebagai hukuman dan pendisiplinan jiwanaya, serta sebagai tanda Taubatatas ketidak sopanannya itu. Padahalselama ini ia telah menderita kelaparan.”Malik bin Dinar berkata : “Barangsiapa telah mengalahkan syahwat dunia, maka itulah tindakan yang dapat memisahkan setan dari lindungannya.”Abu Ali ar-Rudzbary mengajarkan : “Jika seorang Sufi setelah lima hari tidak makan, mengatakan ‘aku lapar’ maka kirimlah ia ke pasar agar mendapatkan pekerjaan.Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq menuturkan ucapan seorang syeikh, bahwa penghuni neraka telah dikalahkan oleh syahwatnya atas kewaspadaan mereka, hingga mereka tercela. Beliau juga berkata : “Seseorang bertanya kepada salah seorang syeikh : “Apakah Anda tidak enginginkan sesuatu?” Sang Syeikh menjawab, ‘Aku menginginkannya, akan tetapi aku menahan diri.”Syeikh yang lain ditanya : “Adakah sesuatu yang tuan inginkan?”Jawabnya : “Aku menginginkanuntuk tidak ingin lagi.”Abu Nashr at-Tammar mengatakan : “Pada suatu malam Bisyr datang kepadaku, dan aku berkata : “Segala Puji Bai Allah yang telah membawamu ke sini. Sejumlahkapas dari Khurasan telah sampai kepada kami; budak wanita telah menenunnya, menjualnya dan membeli sedikit daging untuk kita. Engkau bisa berbuka puasa dengan kami. Ia menjawab : “ Jika aku mesti makan dengan seseorang, aku akan memilih makan denganmu.” Lalu ia menjelaskan : “Telah bertahun-tahun aku ingin makan terung, tetapi aku belum ditakdirkan untuk memakannya. Lalu aku menjawab : “Ada terung yag halal dalam makanan ini.” Ia menjawab : “Bahkansampai bersih dari bijinya.”Saya mendengar Abu Ahmad ash-Shagir berkata : “Abu Abdullah bin Khafi menyuruhku menyuguhinya sepuluh butir kismis untuk buka puasa setiap malam. Suatu malam aku merasa kasihan kepadanya, dan kusuguhkan limabelas butir kismis. Ia memandangku dan bertanya : “Siapa yang menyuruhmu (memberi lima belas kismis?)’ Lalu dimakannyasepuluh butir dan membiarkan sisanya.”Abu Turab an-nakhsyaby berkomentar : “Jiwaku tidak pernah cenderung kepada hawa nafsu kecuali sekali saja : Aku ingin sekali makan roti dan telur ketika aku sedang berada dalam perjalanan. Lalu aku pun memasuki sebuah kampung. Seseorang gbangkit dan memegang tanganku sambil berkata: “Orang ini adalah salah seorang dariperampok itu!” Lalu oang-orang itu memukuliku tujuhpuluh kali. Seseorang laki-aki di antara mereka mengenaliku dan menyela, Ini adalahAbu Thurab an-Nakhsyaby!” Mendengar itu, mereka cepat-cepat meminta maaf kepadaku, dan laki-laki itu lalu membawaku ke rumahnya karena rasa hormat dan kasihan kepadaku, dan ia menjamu aku dengan roti dan telur. Maka aku berkata kepada diri sendiri : “Makanlah, seteelh tujuh puluh kali pukulan!.”
12.KHUSYU’ DAN TAWADHU’Allag swt. berfiman :“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, mereka yang khusyu dala shalatnya.” (Qs. Al-Mu’minun :-1-2).Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, bahwa Rasulullah saw. bersabda :“Tidak akan masuk surga, barangsiapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan walau sekecil biji sawi, dan tidak akan masuk neraka barangsiapa yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sekecil biji sawi.” Seseorang bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana jika seseorang suka berbapakain bagus?”Beliau menjawab : Allah swt. Maha Indah dan menyukai keindahan; sombong adalah berpaling dari Al-Haq dan mencemooh manusia.” (H.r. Muslim).Anas bin Malik mengabarkan : “Rasulullah saw. suka mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, mengendari keledai dan memenuhi undangan budak-budak.”Dalam peperangan melawan bani Quraidhah dan bai nadhir, Rasul mengendari seekor keledai yang diberi tali kendali dari ijuk korma dan di atasnya diberi pelana ijuk pula.”Khsyu’ adalah berkaitan kepada Allah swt. dan tawadhu’ adalah menyerah kepada Allah dan menjauhi sikap kontra dalam menerima hukum.”Hudzaifah berkata : “Khusyu’ adalah hal yang pertama-tama hilangdari agamamu.” Ketika salahs eorang Sufi ditanya tentang khusyu’, ia menjawab : “Khusyu’ adalah tegaknya hati di hadapan Allah swt.”Sahl bin Abdullah menegaskan: Setan tidak akan mendekati orang yang hatinya khusyu’. Dikatakan : “Di antara tanda-tanda kehusyu’an hati seorang hamba adalah manakala ia diprovokasi, disakiti hatinya atau ditolak, maka ia, semua itu diterimanya.”Salah seorang Sufi berkomentar : “Kekhusyu’an hati adalah menahan mata dari melirik kesana ke mari.Muhammad bin Ali at-Tirmidzy menjelaskan : “Khusyu’ adalah begini: Jika api hawa nafsu dalam diri seseorang padam, asap dalam dadanya reda dan cahaya kecemerlangan bersinar dalam hatinya, lalu hawa nafsunya mati, danhatinya hidup khusyu’lah semua angota badannya.”Al- Hasan al-Bashry berkata : “Khusyu’ adalah rasa takut yang terusmenerus dalam hati.”Ketika al-Juany ditanya tentangkhusyu’, ia menjawab : “Khusyu’ adalah jika hati menghinakan dirinya di hadapan Yang Maha Tahu kegaiban.” Allah swt. berfirman :“Hamba-hamba Ar-Rahman yaitu orang-orang yang bejalan di muka bumi dengan sikap rendah hati.” (Qs. Al-Furqan :63).Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq mengatakan : Bahwa makna ayat ini adalah hamba-hamba Allah itu berjalan di muka bumi dengan penuhkhusyu’ dan tawa dhu’.Saya juga mendengar beliau mengatakan, bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak memperdengarkan bunyi sandal mereka ketika berjalan.Kaum Sufi sepakat bahwa tempat khusyu’ adalah di dalam hati.Ketika salah seorang Sufi melihat seorang laki-laki yang memperlihatkan sikap rendah hati dalam perilaku lahiriahnya, dengan mata yang memandang ke bawah dan bahu yang rendah, ia berkata kepadanya. “Wahai sahabat, khusyu’ itu di sini.” Sambil menunjuk ke dadanya, “bukan di sini, sambil menunjuk bagunya.Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki sedang mengelus-elus jenggotnya dalam shalat, dan beliau lalu bersabda :“Jika hatinya khsyu, niscaya anggota badannya juga akan khusyu’.” (Hr. Tirmidzi).Dikatakan : “Khusyu’ dalam shalat berarti seseorang tidak menyadari siapa yang sedang berdiri di sebelah kanan atau kirinya.”Syeikh ad-Daqqaq berkata : “Khusyu’ mirip dengan perkataan, bahwa hati nurani seseorang dikhidmatkan sambil musyahadah kepada Allah swt.” Dikatakan “Khusyu’” adalah perasaan papa dan hina yang meresap ke dalam hati manakala menyaksikan Allah swt.”Dikatakan pula : “Khusyu’ adalah kegentaran hati di kala hati dikuasai hakikat.”Khusyu’ adalah mukadimah bagi luapan anugerah.Dikatakan : “Khusyu’ adalah kegentaran hati secara tiba-tiba ketika Kebenaran terungkapkan secara tba-tiba.Fudhail bin ‘Iyadh menegasskan, bahwa dirinya tidak senang melihat seseorang terlihat lebih khusyu’ daripada batinnya.Abu Sulaiman ad-Darany berkata : Seandainya semua manusiabersatu padu untuk menghinakan aku, niscaya mereka tidak akan mampu mencapai kedalaman dimana aku menghinakan diriku sendiri.”Dikatakan : “Orang yang tidak merendahkan dirinya, orang lain tdak akan menghormatinya pula.”Umar bin Abdul Aziz tidak mau bersujud kecuali hanya di tanah.Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda : “Tidak akan masuk surga oang-orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sebesar biji sawi.” (H.r. Abu Dawud).”Mujahid berkata : “Ketika Allah swt. menenggelamkan kaum Nabi Nuh, gunung-gunung bersikap congkak dan meninggikan diri, tetapiBukit Judy merendahkan dirinya. Karena itu Allah swt. menjadikannya sebagai tempat mendaratnya perahuNabi Nuh as.” (Bukit Judy berada di sebelah timur laut Jazirah Ibnu Umar,Ketingginya dari permukaan laut 4.000 meter. Diriwayatkan bahwa perahu Nabi Nuh pernah melintasi bukit ini kertika terjadi banjir bandang).Umar bin Khaththab r.a. selalu berjalan cepat-cepat, tentang ini dijelaskannya bahwa berjalan secara demikian akan membawanya lebih cepat kepada kebutuhan dan menjaganya dari keangkuhan.Pada suatu malam Umar bin Abdul Aziz, r.a. sedang menulis, lalu datanglah seorang tamu. Meliaht lampu hampir padam, si tamu menawarkan diri : “Biarlah saya yang membesarkan nyalanya.” Tapi Umar menjawab : “Jangan, tidaklah ramah menjadidkan tamu sebagai pelayan.”Maka si tamu lalu berkata : “Kalau begitu, biarlah saya panggilkan pelayan.” Umar menolak : “Jangan, iabaru saja pergi tidur.” Lalu beliau sendiri pergi ke tempat penyimpananminyak dn mengisi lampu itu. Si tamu berseru : “Tuan lakukan pekerjaan ini sendiri, wahai Amirul Muminin?” Umar berkata kepadanya :“Aku melangkah dari sini sebagai Umar, dan kembali ke sini masih sebagai Umar pula.”Abu Sa’id al-Khudry r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. selalu memberi makan unta-unta, menyapu lantai rumah, memperbaiki sandal, menambal baju, memerah susu, makan bersama pelayan dan membantunya menggiling gandum jika pelayan lelah. Beliau tiak pernah merasa malu membawwa barang-barang beliau sendiri dari pasar untuk keluarganya. Beliau biasa berjabat tangan dengan orang kaya maupun miskin, dan lebih dahulu memberi salam jika bertemu. Nabi saw. tiak pernah mencela makanan apa yang dihidangkan kepada beliau,sekalipun hanya berupa kurma kering. Beliau sangat sederhana dalam hal makanan, lemah lembut dalam berperilaku, mulia dalam sikap, baik dalam berteman, wajahnya bercahaya, tersenyum tapi tanpa terrtawa, sedih tapi tiak cemberut, rendah hati tapi tidak lembek, murah hati tetapi tidak boros. Rasulullah saw. juga berhati lembut dan kasih sayang kepada setiap Muslim. Tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda telah makan kenyang, dan juga tidak pernah mengulurkan tangan dengan rakus.Fudhail bin “Iyadh berkata : “Para Umala dari Yang Maha Pengasih memiliki sikap khusyu’ dan tawadhu’, sedangkan para ulama penguasa memiliki sikap takjub dan sombong.” Ia juga berkomentar : “Barangsiapa menganggap dirinya masih berharga, berarti tidak memiliki sifat tawadhu’ sama sekali.”Ketika Fudhail ditanya tentang tawadhu’, ia mengajarkan : “Pasrahlah kepada kebenaran; patuh dan terimalah ia dari siap pun yang mengatakannya.” Ia juga mengatakan : “Allah swt. mewahyukan kepada gunung-gunung: “Aku akan berbicara dengan soerang Nabi di salah satu puncak diantaramu.” Maka, gunung-gunung itu lalu berlomba-lomba meninggikan diri dengan sobongnya, sedangkan Gunung Thursina justru merendahkandirinya dengan penuh kerendahan hati. Maka Allah swt. lalu Berbicara kepada Musa as, di puncka gunung ini, dikarenakan ketawadhu’annya.”Ketika al-Junayd ditanya tentang tawadhu’, ia menjawab : “Tawadhu’ adalah merendahkan sayap terhadap semua makhluk dan bersikap lembut kepada mereka.”Wahb berkata : “Teah tertulis dalam salah satu kitab suci, “Sesungguhnya Aku mengambil sari zat dari tulang sulbi Adam, dan Aku tidak menemukan hati yang lebih tawadhu’ daripada hati Musa as. Maka Ku pilih ia dan Aku aku berbicara langsung dengannya.”Ibnul Mubarak mengatakan : “Kesombongan terhadap orang kaya dan rendah hati terhadap yang miskin adalah bagian dari sifat tawadhu’.Au Yazid ditanya : “Bilakah seseorang mencapai sifat tawadhu?”Dijawabnya : “Jika ia tidak menisbatkan dirinya pada suatu maqam dan haal, serta menganggap bahwa tidak seorang pun di antara ummat manusia di dunia ini yang lebih buruk dari dirinya.”Dikatakan : “Tawadhu’ adalah anugerah Allah yang tidak pernah diiri dengki orang dan kesombongan adalah penderitaan yang tidak membangkitkan belas kasihan. Kemudian terletak pada sikap tawadhu’ dan orang yang mencari kemuliaan dalam kesombongan tidak akan pernah mendapatkannya.”Ibrahim bin Syaiban menegaskan : “Kehormatan terletak di dalam sikap tawadhu’, kemuliaan di dalam takwa, dan kemerdekaan di dalam qnaah.”Abu Sa’id A’raby mengatakan, telah sampai kepadanya tentang Sufyan ats-Tsaury yang berkata : “Ada lima macam manusia termulia di dunia ini : Ulama yang zuhud, seorang faqih yang Sufi, seorang kaya yag rendah hati, seorang fakir yang bersyukur, dan seorang bangsawan yang mengikuti sunnah.”Yahya bin Muadz menegaskan: “Kerendahan hati adalah sifat yang sangat baik bagi setiap orang, tapi ia paling baik bagi seorang yang kaya. Kesombongan adalah sifat yang menjijikan bagi setiap orang tetapi iapaling menjijikan jika terdapat pada orang yang miskin.”Ibnu Atha’ bekomentar : “Tawadhu’ adalah menerima kebenaran dari siapapun datangnya.”Dikisahkan, ketika Zaid bin Tsabit sedang mengendari kuda, Ibnu Abbas datang mendekatinya agar dapat memegang kendali kudanya. Maka Zaid lalu mencegahnya : “Jangan, wahai anak paman Rasulullah!” Ibnu Abbas berkata : “Itulah yang diperintahkan kepada kami terhadap para ulama kami.” Maka, Zaid bin Tsabit meraih tangan Ibnu Abbas lalu menciuminya, sambil berkata : “Ini adalah yang diperintahkan untuk kami lakukan terhadap keluarga Rasulullah saw.”Urwah bin az-Zubair menuturkan : “Ketika aku melihat Umar bin Khaththab memikul segantang air di atas pundaknya, akuberkata kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin, pekerjaan ini tidak patut bagi Anda,” Beliau menjawab : “Ketika para delegasi datang kepadaku, mendengarkan dan menaatiku, suatu perasan sombong merasuk ke dalam hatiku, dan kini aku ingin menghancurkannya. “ Beliau terrus memikul air an membawanya ke rumah seorang wnita Anshar dan mengisikannya ke dalam genthong milik wanita itu.”Abu Nashr as-Sarraj at-Thausy mengabarkan : “Ketika Abu Hurairah r.a. menjabat Amir di Madinah, ia pernah terlihat sedang memikul seikat kayu di atas punggungnya, danberteriak-teriak.” Beri jalan untuk amir.”Abdullah ar-Razy menjelaskan :“Tawadhu adalah tidak membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan.”Abu Sulaiman ad-Darany berkata : “Barangsiapa yang masih memberikan nilai kepada dirinya sendiri tidak akan merasakan manisnya ibadat.”Yahya bin Mu’adz mengatakan: “Keangkuhan terhadap oang yang bersikap sombong terhadapmu dikaernakan kekayaannya, adalah sikap tawashu’.Seorang laki-laki datang kepada Ay-Syibly dan bertanyalah kepadanya : “Sipakah engkau?” Ia menjawab : “Wahai tuanku, sebuah titik di bawah (ba’).” Lalu laki-laki itu berkata :”Engkau adalah saksiku, sepanjang engkau mengangap rendah kedudukan dirimu sendiri.”Ibnu Abbas r.a. mengatakan : “Salah satu bagian tawadhu’ adalah bahwa orang yang meminum sisa minuman yang ditinggalkan oleh saudaranya.”Bisyr mengajarkan : “Berilah salam kepada para pecinta dunia dengan cara tidak memberi salam kepada mereka.”Syu’aib bin Harba menuturkan :“Ketika aku sedang melakukan thawaf di Ka’bah, seorang buruh laki-laki menyikutku, dan aku menoleh kepdanya. Ternyata orang itu adalah Fudhail bin ‘Iyadh, yang berkata : “Wahai Abu Shalih, jika engkau berpikiran bahwa di antara manusia yang melakukan ibadat haji ini ada yang lebih hina daripada dirimu atau diriku, maka betapa buruknya pikiranmu itu.”Salah seorang Sufi mengatakan : “Aku melihat seorang laki-laki ketika sedang melakukan thawaf di Ka’bah. Ia sedang dikelilingi oleh orang-orang yang menjunjung dan memujinya. Karena ulah mereka itu, hingga menghalangiorang lain dari melakukan thawaf. Sedang beberapa waktu setelah itu, kau melihat ia meminta-minta kepada orang-orang yang lewat di sebuah jembatan di Baghdad. Aku terkejut dan heran. IA lalu berkata kepadaku : “Aku dulu membanggakan diri di tempat di mana manusia-manusia mestinya merendahkan diri, maka Alalh swt. lalu menimpakan kehinaan kepadakudi tempat di mana manusia berbangga diri>”Ketika Umar bin Abdul Aziz mendengar bahwa salah sorang putranya telah membeli sebuah permata yang sangat mahal seharga seribu dirham. Beliau lalu menulis surat kepadanya : “Aku telah mendengar bahwa engkau telah membeli sebutir permata seharga seribu dirham. Jika surat ini telah sampai kepadamu, juallah cincin itu dan berilah makan seribu orang miskin. Selanjutlah buatlah sebuah cincin seharga dua dirham, dengan batu dari besi Cina, dan tulislah padanya, “Allah mengasihi orang yang mengetahui harga dirinya yang sebenarnya.”Dikatakan bahwa seorang budak dijual kepada seorang penguasa dengan seharga seribu dirham!” Si penguasa bertanya : “Apakah sifat-sifat itu?” Si budak menjawab : “Sifat yang paling kecil diantaranya adalah behwa seandainya tuan membeli saya dan kemudian menyayangi saya melebihisemua budak tuan a g lain, saya tidak akan keliru memandang posisi saya yang sesungguhnya; saya akan tetap sadar bahwa saya adalah budak tuanku.” Maka penguasa itu jadi membelinya.Dikatakan bahwa Jabir bin Hayawah berkomentar : “Ketika Umar bin Abdul Aziz sedang berkhitbah, kutaksir-taksir pakaian yang dikenakannya berharga sekitar duableas dirham saja, yang terdiri dari jubah luar, surban, celana , sepasang sandal, dan selendang.”Dikatakan bahwa ketika Abdullah bin Muhammad bin Wasi” berjalan dengan lagak tak terpuji, ayahnya berkata kepadanya : “Tahukan kamu dengan harga berapaaku dulu membeli ibumu? Cuma tiga ratus dirham. Dan ayahmu ini, semoga Allah tidak memperbanyak jumlah manusia yang sepertinya di kalangan Kaum Muslimin. Lanatas, dengan orang tua yang semacam ini,engkau berjalan dengan lagak begitu?”Hamdun al-Washshar berkata : “Tawadhu’ adalah engkau tidak memandang dirimu dibutuhkan oleh siapa pun, baik di dunia ini maupun di dalam hal Agama.”Dikataka bahwa Abu Dzar dan Bilal – semoga Allah meridhai mereka berdua – sedang bertengkar.Abu Dzar menghina Bilal karena kulitnya yang hitam. Bilal mengadu kepada Rasulullah saw. yang lalu bersabda, “Wahai Abu Dzar, sungguh!. masih ada sifat Jahiliyah dalam hatimu.” Mendengar itu, Abu Dzar menjatuhkan dirinya ke tanah dan bersumpah tidak akan mengangkat kepalanya sampai Bilal menginjakkan kakinya pada pipinya. Ia tidak bangun-bangun sampai bilal melakukan hal itu.Ktika al-Hasan bin Ali r.a. berjalan melewati sekelompok anak-anak yang sedang makan roti, mereka mengajaknya pula makan. Beliau pun turun dari atas kendaraan dan makan bersama mereka. Kemudian beliau membawa mereka ke rumah beliau, mengajak mereka makan, memberi mereka pakaian, dan berkata : “Aku berhutang budi kepada mereka, sebab mereka tidak memperoleh lebih dari apa yang mereka tawarkan kepadaku, sedangkan aku memeperoleh keuntungan labih dari mereka.”Dikatakan : “Umar bin Khaththab r.a. membagi-bagikan bahan pakaian yang berasal dari pampasan perang kepada para sahabtnya. Beliau mengirmkan sepotong mantel buatan Yaman kepada Mu’adz. Oleh Mu’adz mantel tersebut dijual dan kemudian digunakan untuk membeli enam orang budak dan memerdekakannya.Hal ini sampai kepada telinga Umar. Pada pembagian bahan pakaian berikutnya, kepada Mu’adz diberikannya bahan pakaian yang harganya lebih murah. Ketika Mu’adzmemprotesnya, Umar bertanya : “Mengapa protes?” Engkau telah menjual bagianmu waktu pembagianyang lalu.” Mu’adz tetap menuntut, “Apa urusannya dengan Anda? Berikan bagian saya, sebab saya telah bersumpah akan mengenakannya pada kepala Anda!” Umar berkata : “Inilah kepalaku di depanmu. Barang yang usang sepatutnya di pasang pada barang yang usang. Pula.”
13.MELAWAN HAWANAFSUFirman Allah swt.“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” )Qs. An-Naazi’aat : 40-1).Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a. (Jabir bin Abdullah al-Khazrajy al-Nashari as-Sulamy (16sH-78 H/607 -697) ikut berperangsebelas kali. Ia mempunyai majelis halaqah ilmiah di Masjid Nabawi. Meriwayatkan 1.540 Haditst). Bahwa Rasulullah saw. telah bersabda :“Hal yang paling kutakutkan kepada ummatku adalah mengumbar hawa nafsu dan melamun panjang. Mengumbar hawanafsu memalingkan manusia adari Al-Haq, sedang melamun panjang membuat orang lupa pada akhirat. Karena itu, ketahuilah bahwa melawan hawa nafsu adalah modal ibadat.” (H.r. Hakim dan Dailamy).Ketika salah seorang Syeikh ditanya tentang Islam, ia menjawab : “Membabat nafsu dengan pisau perlawanan, Dan ketahuilah bahwa bagi seseorang yang nafsunya telah bangkit, maka pencerahan hati yang menyebabkan sukacita jiwanya di hadalapan Allah swt. akan hilang.”Dzun Nuun al-Mishry mengatakan : “Kunci ibadat adalah tafakur. Tanda terrcapainya tujuan adalah perlawanan terhadap hawa nafsu dengan mninggalkan keinginan-keinginannya.”Ibnu Atha’ berkta : “Nafsu itu dengan sendirinya cenderung pada perilaku yang jahat. Pada saat yang sama, si hamba diperintahkan agar bersabar di dalam beribadat. Jadi, hawa nafsu berperilaku sesuai dengan wataknya dengan cara menetang, dan si hamba menolak hawa nafsu dengan perjuangan melawan tuntutan-tuntutannya yang jahat.”Al-Junayd berkomentar : “Nafsu amarah yang terus menerus mendorong pada kejahatan adalah penyeru kepada kebinasaan, pembantu musuh, pengikut hawa nafsu, dan diharu biru dengan berbagai macam kejahatan.”Abu Hafs mengajarkan : “Barangsiapa tidak mencurigai diri sendiri dalam setiap waktu, tidak menetangnya dalam setiap keadaan ruhani, dan tidak memaksakan kepada diri sendiri apa yang tidak sesuai dalam hari-harinya, adalah manusia yang tertipu. Dan barangsiapa memberikan perhatiankepada nafsu dan menyetujui sebagian darinya identik dengan menghancurkan diri sendiri. Bagaimana bisa membenarkan bagi orang yang memiliki akal untuk menyenangi diri sendiri? Sedangkan Yusuf a.s. yang mulia, putra dari keturunan yang mulia, Ya’qub dan Ishaq bin Ibrahim as. Berkata : “Aku tidak membersihkan diriku dari kesaahan; sesungguhnya nafsu itu cenderung kepada kejahatan.” (Qs. Yusuf : 53).Al-Junayd menuturkan, : “Suatumalam aku tidak dapat tidur, lalu akubangun untuk melakukan wirid. Tetpai aku tidak menemukan kemanisan atau kenikmatan yang bisanya kurasakan. Maka Aku menjadi bingung dan berharap untuk dapat tidur saja, tetapi tetap tidak dapat. Lalu aku duduk, namun demikian aku tidak dapat duduk nyaman. Maka kubuka jendela dan aku pergi ke luar. Klihat seorang laki-laki berselimutkan mantel sedang berbaring di jalan. Ketika ia menyadari kehadiranku, ia mengangkat kepalanya dan berkata : “Wahai Abul Qasim, lihatlah waktu!” Aku menjawab : “Tuanku, tidak da ketentuan waktu.” Ia berkata : “Bahkan aku sudah memohon kepada si Pembangkit hati agar menggerakan hatimu kepadaku. “Akuberkata : “ Dia telah melakukannya. Jadi, apa kemauan anda ?” Aku menjawab : “ Jika nafsu mentang hawanya, maka penyakitnya menjadi obatnya.” Kemudian laki-laki itu berpaling dan berkata kepada dirinyasendiri, :Dengar (hai nafsu), aku telahmenjawab pertanyaanmu tujuh kali dengan jawaban seperti itu, tapi engkau menolak menerimanya sampai engkau mendengarnya dari al-Junayd, dan sekang engkau telah mendengarnya.” Kemudian ia berlalu meninggalkan aku. Aku tidak tau siapa dirinya dan tidak pernah bertemu dengannya lagi.”Abu Bakr ath-Thamastany berkata : “Nikmat terbesar adalah jika engkau keluar dari dirimu sendiri,sebab ia adalah tabir terbesar antara dirimu dengan Allah, swt.”Sahl bin Abdulllah mengatakan: “Tidak ada ibadat bagi Allah selain yang lebih utama dari menentang hawa nafsu.”Ketika ditanya tentang perkara yang paling dibenci Allah swt. Ibnu Atha’ menjawab : “Memberikan perhatian kepada diri sendiri dengan segala keadaannya. Lebih buruk dari itu adalah mengharapkan imbalan atas perbuatan-perbuatannya.”Ibrahim al-Khawwa menuturkan : “Aku sedang berada di atas gunung al-Lakam, ketika aku melihat segerombolan pohon delima, timbul keinginanku untuk mencicipannya sebuah. Lalu aku naikke atas memetik sebuah dan membelahnya, akan tetapi rasanya asam. Lalu aku melihat seorang glaki-laki terbaring di tanah, dikerumuni lebah. Aku berkata kepadanya : “Assalamu’alaikum.” Ia menjawab : “Wa’alaikum salam, wahai Ibrahim.” Aku bertanya : “Bagaimana engkau mengenalku?” Iamenjawab : Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari manusia yang mengenal Allah swt. Aku berkata : “Kulihat engkau berada dalam keadaan bersama Allah swt.” Mengapa engkau tidak meminta kepada-Nya agar melindungimu dari gangguan lebah-lebah itu?” Ia berkata : “Dan engkau, kulihat juga berada dalam keadaan bersama Allah swt. Mengapa engkau tidak meminta kepada-Nya juga agar melindungimu dari keinginan makan delima?” Manusia akan mengalamai rasa sakit dari sengatan delima di akhirat, sementara sengatan lebah hanya terasa sakit di dunia.” Aku pun pergi berlalu meninggalkan orang itu.”Dalam satu riwayat Ibrahim binSyaiban mengabarkan : “Selama empat puluh tahun aku tidak pernah bermalam satu kalipun di bawah atap rumahku atau di tempat tertutupyang lain. Namun Terkadangaku masih menginginkan agar bisamakan ‘ada dengan kenyang. Sayang, keinginanku itu tidak pernah terpenuhi. Pada suatu hari, ketika akuberada di Syam, seseorang menghidangkan semangkok penuh ‘adas kepadaku. Aku makan isinya dan kemudian berangkat. Di tengah jaan aku melihat botol-botol berisi semacam cairan, yang kukira adalah cuka. Di antara mereka menegurku : “Bagaimana pendapatmu?” Ini adalah botol-botol anggur, dan ini guci anggur!” Aku berkaa pada diri sendiri, “Adalah kewajibanku....”Kemudian aku pun masuk ke dalam warung dan menumpahkan isi-isi botol serta guci-guci itu. Orang itu mengira bahwaaku menumpahkan isi botol-botol ituatasperintah Sultan. Tapi ketika mengetahui bahwa itu hanya inisitaifku sendiri, ia lalu membawaku kepada Ibnu Thaulun yang memerintahkan agar aku dideraduaratus kali dan dimasukan ke dalam penjara. Aku tinggal di penjarabeberapa waktu lamanya sampai Abu Abdullah al Maghriby, guruku, datang ke negeri itu dan membebaskanku. Ketika melihatku, beliau bertanya : “Apa yang telah engkau perbuat?” Aku menjawab : “Satu perut yag penuh berisi ‘adas dan duaratus deraan!” Beliau berkata: “Engkau telah diselematkan dari segala tuduhan di akhirat.”Dalam suatu riwyatSari as-SaqathY pernah menuturkan : “Selama tiga puluh tahun, nafsuku telah meminta kepadaku sepotong wortel yang dicelup dalam madu kurma, tetapi aku belum sempat memakannya!” Saya dengar Abu Abbas ala Baghdady menuturkan bahwa kakeknya pernah berkata : “Bencana seorang hamba adalah rasa pusnya terhadap keadaan dirinya.”Isham bin Yusuf al-Balky menghadap kepada Hatim al-Asham,ia pun diterima. Seseorang bertanya :“Mengapa Anda menerimanya?” Hatim menjawab : “Dengan menerimanya aku merasakan rasa hinaku sekaligus merasakan kebanggaannya. Sebaliknya, apabila aku menolaknya, aku merasa kebangganku sekaligus merasakan rasa hinanya. Maka aku memilih kebanggaannya daripada kebangganku dan kehinaanku daripada kehinaannya.”Seseorang berkata kepada salah seorang Sufi : “Aku ingin melaksanakan ibadat haji dalam keadaan menyepi (tajrid).” Sang Sufi menjawab : “Lebih tajridlah sifat alpadari dalam hatimu, kekurang-seriusan dari dirimu, dan perkataan yang sia-sia dari lidahmu; setelah itu tempuhlah ke mana saja engkau mau.”Abu Sulaiman ad-Darany berkata : “Orang yang melewati malam harinya dengan cukup baik akan memperoleh balasan di siang harinya, dan orang yang melewati siang dengan cara yang baik akan memperoleh balsan di malam harinya. Barangsiapa tulus dalam menjauhi hawa nafsu akan terbebas dari beban memberi nafsu makanan. Allah swt. bersifat Maha Pemurah hingga tidak berkehendak untuk menghukum hati yang menjauhi hawa nafsu demi Dia.”Allah swt. mewahyukan kepadaDaud as. “Wahai Daud, peringatkanlah para sahabatnyaterhadap sikap menuruti hawa nafsu,sebab hati yang terikat kepada hawa nafsu dunia tertutup dari-Ku.”Dikatakan bahwa seseorang sedang duduk melayang di udara, dan seseorang bertanya kepadanya, “Bagaimana engkau bisa melakukan hal ini?” Ia menjelaskan : Aku meninggalkan hawa nafsu, karenanya Allah swt. menjadikan udara tunduk kepadaku.”Dikatakan : “Jika (pemenuhan) seribu hawa nafsu ditawarkan kepada seorang Mukmin, niscaya ia akan meolaknya dengan rasa takut kepada Allah Swt. Tetapi jika pemenuhan satu kehendak hawa nafsu ditawarkan kepada seorang pndosa, pemenuhan itu akan mengusir darnya rasa takut kepada Allah swt.” Dikatakan juga, : “Janganlah engkau tempatkan kendalimu di tanag nafsu, sebab ia pasti membawamu pada kegelapan.”Yusuf bin Asbat berkata : “Hanya takut yang sangat atau kerinduan yang bergelora sajalah yang bisa memadamkan “NAFSU”.Al-Khawwa berkata : “Barangsiapa meninggalkan hawa nafsu, tapi tidak menemukan pengganti dalam hatinya adalah seorang pendusta dalam meninggalkan hawa nafsu itu sendiri.”Ja’far bin Nashr mengabarkan :“Al-Junayd memberiku uang satu dirham dan menyuruhku membeli semacam buah kenari. Kubeli beberapa buah, dan ketika saat berbuka puasa tiba, ia memecah sebuah dan memakan isinya. Tapi kemudian ia memuntahkannya dan menangis. : “Singkirkan buah-buah ini.” Pintanya> Ketika aku bertanya apa yang telah terjadi, ia menjawab : “Sebuah suara berseru dalam hatiku :“Tidakkah engkau merasa malu? Engkau menjauhi satu nafsu demi untuk-Ku, tapi kemudian mengambilnya lagi!.”Kaum Sufi bersyair :Huruf Nun dari kehinaan (haan)dari hawa..Telah dicuri.Menyerah kepada hawa nafsuJatuh dalam kehinaan.
14.D E N G K IAllah set. Berfirman :“Katakanlah : “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai sebuah dari kejahatan makhluk-Nya.”Kemudian dia berfirman : “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.” (Qs. Al-Falaq : 1,2 dan 5.).DI sini, Allah menutup Surat, yang dijadikan sebagai perlindungan dengan menyeburkan kata “Dengki”.Diriwayatkan dari Ibnu Ma’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda :“Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya. Waspadalah terhadap kesombongan,sebab kesombongan telah menjadikan iblis menolak bersujud kepada Adam. Waspadalah terhadapkerakusan, sebab kerakusan telah menyebabkan Adam memakan buah dari pohon terlarang. Dan jagalah dirimu dari dengki, sebab dengki telah menyebabkan salah seorang anak Adam membunuh saudaranya.” (H.r. Ibnu Asakir).Salah seorang Sufi mengatakan : “Orang yang dengki adalah orang yang tidak beriman, sebab ia tidak merasa puas dengan takdir Allah Yang Maha Esa,” Dikatakan : “Orang yang dengki tidak pernah berjaya.”Disebutkan dalam firman Allah swt. : “Katakanlah, “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.” (Qs. Al-A’raf :33).Dikatakan bahwa : “perbuatan keji yang tersembunyi itu adalah dengki.”Dalam beberapa kitab tertulis bahwa : “Orang yang dengki adalah musuh nikmat-Ku.”Dikatakan pula : “Pengaruh dengki tampak padamu sebelum ia tampak pada musuhmu.”Al-Asmu’i menuturkan : “Aku melihat seorang Badui yang berumur seratus dua puluh tahun, dan aku berkata : “Alangkah panjangnya umurAnda!.” Ia menjawab : “Aku telah meninggalkan dengki, hingga umurku panjang.”Ibnul Mubarak mengatakan : “Segala puji bagi Allah, Yang tidak menempatkan dengki dalam hati pemimpinku sebagaimana yang telah ditempatkan-Nya dalam hati pendengkiku.”Dalam satu Hadits dikatakan : “Ada seorang malaikat di langit kelima yang amal perbuatan seseorang manusia melaluinya, dan ia bersinar kemilau seperti matahari. Malaikat itu memerintahkan : “Berhentilah karena kau adalah malaikat dengki. Pukullah pelaku dengki pada mukanya, sebab ia adalah seorang pendengki!.”Mu’awiyah bin Abu Sufyan berkata : “Aku mampu menyenangkan semua orang kecuali pendengki. Ia tidak pernah merasa puas dengan apa pun selain berhentinya kenikmatan bagi semua orang.”Dikatakan : “Seorang pendengki adalah seorang yang paling zalim. Ia tidak membiarkan sesuatu pun tetap tinggal di tempatnya.”Umar bin Abdul Aziz menegaskan : “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih zalim yang sama dengan kezaliman pendengki. Sebab ia senantiasa berada dalam keadaa sengssara dan nafas sesak.”Dikatakan : “Di antara tanda-tanda seorng pendengki adalah penjilat orang lain manakala orang itu berada di dekatnya, memfitnahnya manakala tidak berada di dekatnya, dan merasa senang apabila ada bencana yang menimpa diri orang lain.”Mu’awiyah berkata : “Tidak adasifat-sifat kejahatan yang lebih tegak daripada dengki. Orang yang dengki binasa sebelum orang yang didengkinya.”Dikatakan bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada Sulaiman putraDaud, as. “Kuperintahkan engkau agar melakukan tujuh perkara, “Janganlah engkau menggunjing danmendengki salah seorang hamba-Ku yagn ssaleh!” Sulaiman menjawab : “”Tuhanku”, cukuplah perintah itu bagiku.”Dikatakan bahwa Musa as. Melihat seorang manusia di dekat “Arasy. Karena Musa ingin menempati kedudukan itu, beliau bertanya, “Apa amalnya?” Pertanyaanya itu dijawab : “Ia tidak pernah dengki terhadap manusia karena anugerah Allah swt. kepadanya.”Dikatakan : “Seorang pendengki menjadi bingung bila melihat adanya rahmat atas diri orang lain dan merasa senang jika melihat adanya kekurangan pada diri orang lain.”Dikatakan :“Jika engkau ingin selamat dari seorang pendengki, sembunyikan urusanmu darinya.”Dikatakan pula : “Seorang pendengki sangat marah terhadap manusia yang tidak mempunyai dosa, dan bersikap kikir terhadap yang tidak ia miliki.”Dikatakan juga : “Waspadalah! Jangan sampai engkau mengharapkan untuk mencintai orang yang mendengkimu, sebab ia pasti tidak akan menerima kebaikanmu.”Kata salah seorang Sufi : “Apabila Allah swt. Berkehendak memberikan kekuasaan kepada seorang musuh yang tak mengenal kasihan, terhadap salah seorang hamba-Nya, maka kekuasaan itu diberikan-Nya kepada pendengkinya.”Dalam syair Sufi :Cukuplah bagimu kisah tentangseorangYang dikasihani oleh para pendengkinya.Mereka juga membacakan syair berikut :Semua permusuhan terkadang diharapkanKematiannyaKeculai permusuhan dari orangAng melawanmu dengan rasa dengki.Mereka juga membacakan syair :Manakala Allah berkehendak menebar kebajikanDigulunglah lidah pendengkinya.Ibnul Mu’tazz mengatakan :Katakan pada pendengki Ketika nafasnya terengah-engah,“Haisi dzalim!.”Sedang ia Seakan-akan orang yang ditindas.
15.PERGUNJINGANAllah swt. berfirman :“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha MenerimaTaubat lagi Maha Penyayang.” (qs, Al-Hujurat :12).Abu Hurairah r.a. meriwayatkanbahwa ada seorang laki-laki yang ikutduduk bersama Rasulullah saw. kemudian ia bangkit berdiri dan pergi. Salah seorang yang hadir berkata : “Alangkah lemahnya orang itu.” Rasulullah saw. bersabda : “Engkau telah memakan daging saudaramu ketika engkau menggunjingnya.”Allah swt. mewahyukan kepadaMusa, as. : “Barangsiapa meninggal dengan berTaubat dari menggunnjing, akan menjadi orang terakhir yang masuk surga, dan barangsiapa meninggal dengan berterus-terusan melakukan gunjingan itu, akan menjadi orang yang pertama masuk neraka.”Auf menuturkan : “Aku datang kepada Ibnu Sirin, aku aku menggunjing Al-Hallaj. Ibnu Sirin berkata :”Sesungghnya Allah swt. adalah hakim yang paling adil, maka sebanyak yag diambilnya dari al-Hallaj, sebanyak itu pula yang diberikan-Nya kepadanya. Ketika engkau berjupa dengan Allah awt. Di akhirat nanti, dosa sekecil apapun yang telah dilakukan al-Hallaj akan menjadi lebih besar bagimu daripadadosa terbesar yang teah dilakuka al-Hallaj.”Diriwaytkan bahwa Ibrahim bin Adham diundang ke sebuah pesta, dan ia pun bersedia menghadirinya. Ketika orang-orang membicarakan seseorang yang tidak hadir, mereka mengatakan : “Seorang yang kurus kering dan tidak meenarik.” Ibrahim berkata : “Inilah yang dilakukan nafsuku terhadap diriku.” Kutemukandiriku dalam perkumpulan dimana pergunjingan dilakukan.” Ia lalu pergi begitu saja, setelah itu ia tidak makan selama tiga hari.Dikaakan : “Barangsiapa menggunjing orang lain adalah seperti orang yang menyiapkan ketapil. Ia menembak amal-amal baiknya sendiri dengan perbuatannyaitu ke Barat dan ke Timur. Ia menggunjing seseorang dari Khurasan, seorang lagi dari Hijaz, seorang lagi dari Turki, ia mencerai-beraikan amal-amal baiknya sendiri, dan ketika berdiri, tak satu pun amal baiknya.”Dikatakan, : “Seorang hamba akan diberi catatan amalnya pada hari Kiamat, tetapi ia tidak melihat satu pun amal baiknya di dalamnya. Ia akan bertanya : “Di mana shalat, puasa dan amal-amal ibadatku yang lain?” Dikatakan kepadanya : “Semuaamalmu telah hilang karena engkau terlibat dalam pergunjingan.”Dikatakan : “Barangsiapa digunjing, Allah mengampuni separo dosanya.”Sufyan ibnul Husain mengatakan : “Aku sedang duduk-duduk dengan Iyas bin Mu’awiyah, dan menggunjing seseorang. Iyas bertanya kepadaku : “Apakah engkautelah menyerang orang-orang Romawi atau Turki tahun ini?” Aku menjawab : “Tidak” Ilyas berkata : Orang-orang Turki dan Romawi telah selmat dari seranganmu, sementara saudaramu sendiri yang Muslim tidak!” Dikatakan : “Seorang manusia akan diberi catatan amalnya di hari Kiamat, dan ia menemukan di dalamnya amal-amal baik yag tidak pernah diperbuatnya. Dikatakan kepadanya : “Ini adalah imbalan bagi gunjingan orang terhadapmu, yang tidak kamu ketahui.”Sufyan ats-Tsauri ditanya tentang sabda Nabi saw. : “Sesungguhnya Alalh membenci keluarga pemakan daging manusia.” (H.r. Baihaqi). Sufyan mengomentari: “Yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang menggunjing, mereka memakan daging manusia.”Ketika menggunjing ditanyakandi hadapan Abdullah ibnul Mubarak, ia berkata : “Jika aku menggunjing seseorang niscaya aku akan menggunjing kedua orang tuaku, sebab mereka yang paling berhak atas amal-amal baiku.”Yahya bin Mu’adz berkata : “Jadikanlah keuntungan seorang Muslim terhadap dirimu berupa tiga hal ini : Jika engkau tidak bisa membantunya, maka janganlah engkau mengganggunya; Jika engkau tidak bisa memberinya kegembiraan, maka janganlah engkau membuatnya sedih; Jika engkau tidak bisa memujinya, maka janganlah engkau mencari-cari kesalahannya.Dikatakan kepada Hasan al-Bashry : “ Si Fulan telah menggunjing Anda”, maka al-Hasan lalu mengirimkan kue-kue kepada orang yang menggunjingnya, dengan pesan : “Aku mendengar bahwa engkau telah melimpahkan amal baimu kepadaku. Aku ingin membalas kebaikanmu.”Diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda : “Jika orang melepaskan tabir rasa malu dari wajahnya, niscaya tidak akan ada masalah pergunjingan bagimu.” (H.r. Ibnu Abdi dan Abu Asy-Syeikh).Al-Junay menuturkan : “Aku sedang dudukduduk di masjid asy-Syuniziyah, menunggu jenazah agar aku bisa ikut melaksanakan shalat jenazah. Orag-orang Baghdad dengan berbagai kelasny duduk menunggu iringan tersebut. Lalu aku melihat seorang miskin yang kelihatan bekas ibadatnya mengemisdari orang banyak. Aku berkata kepada diriku sendiri : “Jika orang ini mau bekerja untuk memperoleh rezekinya, itu akan lebih baginya.” Ketika aku kembali ke rumah, maka seperti biasanya, aku mulai melakukan wirid di malam hari, menangis dan shalat, serta amalan-amalan lainnya. Tetapi semua wiridku itu terasa memberatkan jiwaku, aka aku lalu tidak dapat tidur, dan hanya duduk-duduk saja. Ketika aku terjaga, kantuk datang kepadaku,aku melihat si pengemis itu. Kulihat orang-orang sedang meletakkan tubuhnya di atas sehamparan kain yang lebar, dan mereka memerintahkan kepadaku : “Makanlah daging orang ini, karena engkau telah menggunjingnya.” Keadan orang itu diungkapkan kepadaku, dan aku memprotes, “Aku tiak menggunjingya.” Aku hanya mengatakan sesuatu kepada diriku sendiri.” Lalu dikatakan keapdaku : “Perbuatan seperti itu pun tidak layak. Pergilah kepada orang itu dan meminta maaflah!” Paginya aku terus mencari orang itu sampai aku menemukannya sedang mengumpulkan dedaunan yang tersisa dalam air yag digunakan untuk mencuci sayur mayur. Ketika aku memberi salam kepadanya, ia bertanya : “Wahai abul Qasim, apakah engkau atang ke sini lagi?” Aku menjawab : “Tidak” Ia berkata : “Semoga Allah mengampuni dosa kami dan dosamu.”Abu Ja’far al-Baklhy berkata : “Seorang pemuda dari kalngan warga Balkh sedang berada di antarakami, ia bermujahadah dan mengabdikan dirinya untuk melayani Allah. Hanya saja ia terus menerus terlibat dalam gunjingan. Ia suka mengatakan : “Si Fulan dan si Fulan itu demikian.” Pada suatu hari aku melihatnya sedang mengunjungi beberapa tukang memandikan jenazah yang disebut orang sebagai “orang-orang banci”. Ketika pemuda itu meninggalkan mereka, aku bertanya kepadanya : “Wahai Fuan, apa yang telah terjadi padamu?” Ia menjawab : “Begiliha akibatnya atas perbuatanku mengunjing. Hal itu telah emncampakkanku dalam kehinaan ini. Aku telah tergila-gila kepada salah seorang banci dan aku melayani mereka atas namanya. Semua amal ibadatku sebelumnya telah musnah. Maka doakan agar Allah swt.mengasihiku!.”
12.KHUSYU’ DAN TAWADHU’Allag swt. berfiman :“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, mereka yang khusyu dala shalatnya.” (Qs. Al-Mu’minun :-1-2).Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, bahwa Rasulullah saw. bersabda :“Tidak akan masuk surga, barangsiapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan walau sekecil biji sawi, dan tidak akan masuk neraka barangsiapa yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sekecil biji sawi.” Seseorang bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana jika seseorang suka berbapakain bagus?”Beliau menjawab : Allah swt. Maha Indah dan menyukai keindahan; sombong adalah berpaling dari Al-Haq dan mencemooh manusia.” (H.r. Muslim).Anas bin Malik mengabarkan : “Rasulullah saw. suka mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, mengendari keledai dan memenuhi undangan budak-budak.”Dalam peperangan melawan bani Quraidhah dan bai nadhir, Rasul mengendari seekor keledai yang diberi tali kendali dari ijuk korma dan di atasnya diberi pelana ijuk pula.”Khsyu’ adalah berkaitan kepada Allah swt. dan tawadhu’ adalah menyerah kepada Allah dan menjauhi sikap kontra dalam menerima hukum.”Hudzaifah berkata : “Khusyu’ adalah hal yang pertama-tama hilangdari agamamu.” Ketika salahs eorang Sufi ditanya tentang khusyu’, ia menjawab : “Khusyu’ adalah tegaknya hati di hadapan Allah swt.”Sahl bin Abdullah menegaskan: Setan tidak akan mendekati orang yang hatinya khusyu’. Dikatakan : “Di antara tanda-tanda kehusyu’an hati seorang hamba adalah manakala ia diprovokasi, disakiti hatinya atau ditolak, maka ia, semua itu diterimanya.”Salah seorang Sufi berkomentar : “Kekhusyu’an hati adalah menahan mata dari melirik kesana ke mari.Muhammad bin Ali at-Tirmidzy menjelaskan : “Khusyu’ adalah begini: Jika api hawa nafsu dalam diri seseorang padam, asap dalam dadanya reda dan cahaya kecemerlangan bersinar dalam hatinya, lalu hawa nafsunya mati, danhatinya hidup khusyu’lah semua angota badannya.”Al- Hasan al-Bashry berkata : “Khusyu’ adalah rasa takut yang terusmenerus dalam hati.”Ketika al-Juany ditanya tentangkhusyu’, ia menjawab : “Khusyu’ adalah jika hati menghinakan dirinya di hadapan Yang Maha Tahu kegaiban.” Allah swt. berfirman :“Hamba-hamba Ar-Rahman yaitu orang-orang yang bejalan di muka bumi dengan sikap rendah hati.” (Qs. Al-Furqan :63).Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq mengatakan : Bahwa makna ayat ini adalah hamba-hamba Allah itu berjalan di muka bumi dengan penuhkhusyu’ dan tawa dhu’.Saya juga mendengar beliau mengatakan, bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak memperdengarkan bunyi sandal mereka ketika berjalan.Kaum Sufi sepakat bahwa tempat khusyu’ adalah di dalam hati.Ketika salah seorang Sufi melihat seorang laki-laki yang memperlihatkan sikap rendah hati dalam perilaku lahiriahnya, dengan mata yang memandang ke bawah dan bahu yang rendah, ia berkata kepadanya. “Wahai sahabat, khusyu’ itu di sini.” Sambil menunjuk ke dadanya, “bukan di sini, sambil menunjuk bagunya.Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. melihat seorang laki-laki sedang mengelus-elus jenggotnya dalam shalat, dan beliau lalu bersabda :“Jika hatinya khsyu, niscaya anggota badannya juga akan khusyu’.” (Hr. Tirmidzi).Dikatakan : “Khusyu’ dalam shalat berarti seseorang tidak menyadari siapa yang sedang berdiri di sebelah kanan atau kirinya.”Syeikh ad-Daqqaq berkata : “Khusyu’ mirip dengan perkataan, bahwa hati nurani seseorang dikhidmatkan sambil musyahadah kepada Allah swt.” Dikatakan “Khusyu’” adalah perasaan papa dan hina yang meresap ke dalam hati manakala menyaksikan Allah swt.”Dikatakan pula : “Khusyu’ adalah kegentaran hati di kala hati dikuasai hakikat.”Khusyu’ adalah mukadimah bagi luapan anugerah.Dikatakan : “Khusyu’ adalah kegentaran hati secara tiba-tiba ketika Kebenaran terungkapkan secara tba-tiba.Fudhail bin ‘Iyadh menegasskan, bahwa dirinya tidak senang melihat seseorang terlihat lebih khusyu’ daripada batinnya.Abu Sulaiman ad-Darany berkata : Seandainya semua manusiabersatu padu untuk menghinakan aku, niscaya mereka tidak akan mampu mencapai kedalaman dimana aku menghinakan diriku sendiri.”Dikatakan : “Orang yang tidak merendahkan dirinya, orang lain tdak akan menghormatinya pula.”Umar bin Abdul Aziz tidak mau bersujud kecuali hanya di tanah.Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda : “Tidak akan masuk surga oang-orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sebesar biji sawi.” (H.r. Abu Dawud).”Mujahid berkata : “Ketika Allah swt. menenggelamkan kaum Nabi Nuh, gunung-gunung bersikap congkak dan meninggikan diri, tetapiBukit Judy merendahkan dirinya. Karena itu Allah swt. menjadikannya sebagai tempat mendaratnya perahuNabi Nuh as.” (Bukit Judy berada di sebelah timur laut Jazirah Ibnu Umar,Ketingginya dari permukaan laut 4.000 meter. Diriwayatkan bahwa perahu Nabi Nuh pernah melintasi bukit ini kertika terjadi banjir bandang).Umar bin Khaththab r.a. selalu berjalan cepat-cepat, tentang ini dijelaskannya bahwa berjalan secara demikian akan membawanya lebih cepat kepada kebutuhan dan menjaganya dari keangkuhan.Pada suatu malam Umar bin Abdul Aziz, r.a. sedang menulis, lalu datanglah seorang tamu. Meliaht lampu hampir padam, si tamu menawarkan diri : “Biarlah saya yang membesarkan nyalanya.” Tapi Umar menjawab : “Jangan, tidaklah ramah menjadidkan tamu sebagai pelayan.”Maka si tamu lalu berkata : “Kalau begitu, biarlah saya panggilkan pelayan.” Umar menolak : “Jangan, iabaru saja pergi tidur.” Lalu beliau sendiri pergi ke tempat penyimpananminyak dn mengisi lampu itu. Si tamu berseru : “Tuan lakukan pekerjaan ini sendiri, wahai Amirul Muminin?” Umar berkata kepadanya :“Aku melangkah dari sini sebagai Umar, dan kembali ke sini masih sebagai Umar pula.”Abu Sa’id al-Khudry r.a. meriwayatkan bahwa Nabi saw. selalu memberi makan unta-unta, menyapu lantai rumah, memperbaiki sandal, menambal baju, memerah susu, makan bersama pelayan dan membantunya menggiling gandum jika pelayan lelah. Beliau tiak pernah merasa malu membawwa barang-barang beliau sendiri dari pasar untuk keluarganya. Beliau biasa berjabat tangan dengan orang kaya maupun miskin, dan lebih dahulu memberi salam jika bertemu. Nabi saw. tiak pernah mencela makanan apa yang dihidangkan kepada beliau,sekalipun hanya berupa kurma kering. Beliau sangat sederhana dalam hal makanan, lemah lembut dalam berperilaku, mulia dalam sikap, baik dalam berteman, wajahnya bercahaya, tersenyum tapi tanpa terrtawa, sedih tapi tiak cemberut, rendah hati tapi tidak lembek, murah hati tetapi tidak boros. Rasulullah saw. juga berhati lembut dan kasih sayang kepada setiap Muslim. Tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda telah makan kenyang, dan juga tidak pernah mengulurkan tangan dengan rakus.Fudhail bin “Iyadh berkata : “Para Umala dari Yang Maha Pengasih memiliki sikap khusyu’ dan tawadhu’, sedangkan para ulama penguasa memiliki sikap takjub dan sombong.” Ia juga berkomentar : “Barangsiapa menganggap dirinya masih berharga, berarti tidak memiliki sifat tawadhu’ sama sekali.”Ketika Fudhail ditanya tentang tawadhu’, ia mengajarkan : “Pasrahlah kepada kebenaran; patuh dan terimalah ia dari siap pun yang mengatakannya.” Ia juga mengatakan : “Allah swt. mewahyukan kepada gunung-gunung: “Aku akan berbicara dengan soerang Nabi di salah satu puncak diantaramu.” Maka, gunung-gunung itu lalu berlomba-lomba meninggikan diri dengan sobongnya, sedangkan Gunung Thursina justru merendahkandirinya dengan penuh kerendahan hati. Maka Allah swt. lalu Berbicara kepada Musa as, di puncka gunung ini, dikarenakan ketawadhu’annya.”Ketika al-Junayd ditanya tentang tawadhu’, ia menjawab : “Tawadhu’ adalah merendahkan sayap terhadap semua makhluk dan bersikap lembut kepada mereka.”Wahb berkata : “Teah tertulis dalam salah satu kitab suci, “Sesungguhnya Aku mengambil sari zat dari tulang sulbi Adam, dan Aku tidak menemukan hati yang lebih tawadhu’ daripada hati Musa as. Maka Ku pilih ia dan Aku aku berbicara langsung dengannya.”Ibnul Mubarak mengatakan : “Kesombongan terhadap orang kaya dan rendah hati terhadap yang miskin adalah bagian dari sifat tawadhu’.Au Yazid ditanya : “Bilakah seseorang mencapai sifat tawadhu?”Dijawabnya : “Jika ia tidak menisbatkan dirinya pada suatu maqam dan haal, serta menganggap bahwa tidak seorang pun di antara ummat manusia di dunia ini yang lebih buruk dari dirinya.”Dikatakan : “Tawadhu’ adalah anugerah Allah yang tidak pernah diiri dengki orang dan kesombongan adalah penderitaan yang tidak membangkitkan belas kasihan. Kemudian terletak pada sikap tawadhu’ dan orang yang mencari kemuliaan dalam kesombongan tidak akan pernah mendapatkannya.”Ibrahim bin Syaiban menegaskan : “Kehormatan terletak di dalam sikap tawadhu’, kemuliaan di dalam takwa, dan kemerdekaan di dalam qnaah.”Abu Sa’id A’raby mengatakan, telah sampai kepadanya tentang Sufyan ats-Tsaury yang berkata : “Ada lima macam manusia termulia di dunia ini : Ulama yang zuhud, seorang faqih yang Sufi, seorang kaya yag rendah hati, seorang fakir yang bersyukur, dan seorang bangsawan yang mengikuti sunnah.”Yahya bin Muadz menegaskan: “Kerendahan hati adalah sifat yang sangat baik bagi setiap orang, tapi ia paling baik bagi seorang yang kaya. Kesombongan adalah sifat yang menjijikan bagi setiap orang tetapi iapaling menjijikan jika terdapat pada orang yang miskin.”Ibnu Atha’ bekomentar : “Tawadhu’ adalah menerima kebenaran dari siapapun datangnya.”Dikisahkan, ketika Zaid bin Tsabit sedang mengendari kuda, Ibnu Abbas datang mendekatinya agar dapat memegang kendali kudanya. Maka Zaid lalu mencegahnya : “Jangan, wahai anak paman Rasulullah!” Ibnu Abbas berkata : “Itulah yang diperintahkan kepada kami terhadap para ulama kami.” Maka, Zaid bin Tsabit meraih tangan Ibnu Abbas lalu menciuminya, sambil berkata : “Ini adalah yang diperintahkan untuk kami lakukan terhadap keluarga Rasulullah saw.”Urwah bin az-Zubair menuturkan : “Ketika aku melihat Umar bin Khaththab memikul segantang air di atas pundaknya, akuberkata kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin, pekerjaan ini tidak patut bagi Anda,” Beliau menjawab : “Ketika para delegasi datang kepadaku, mendengarkan dan menaatiku, suatu perasan sombong merasuk ke dalam hatiku, dan kini aku ingin menghancurkannya. “ Beliau terrus memikul air an membawanya ke rumah seorang wnita Anshar dan mengisikannya ke dalam genthong milik wanita itu.”Abu Nashr as-Sarraj at-Thausy mengabarkan : “Ketika Abu Hurairah r.a. menjabat Amir di Madinah, ia pernah terlihat sedang memikul seikat kayu di atas punggungnya, danberteriak-teriak.” Beri jalan untuk amir.”Abdullah ar-Razy menjelaskan :“Tawadhu adalah tidak membeda-bedakan dalam memberikan pelayanan.”Abu Sulaiman ad-Darany berkata : “Barangsiapa yang masih memberikan nilai kepada dirinya sendiri tidak akan merasakan manisnya ibadat.”Yahya bin Mu’adz mengatakan: “Keangkuhan terhadap oang yang bersikap sombong terhadapmu dikaernakan kekayaannya, adalah sikap tawashu’.Seorang laki-laki datang kepada Ay-Syibly dan bertanyalah kepadanya : “Sipakah engkau?” Ia menjawab : “Wahai tuanku, sebuah titik di bawah (ba’).” Lalu laki-laki itu berkata :”Engkau adalah saksiku, sepanjang engkau mengangap rendah kedudukan dirimu sendiri.”Ibnu Abbas r.a. mengatakan : “Salah satu bagian tawadhu’ adalah bahwa orang yang meminum sisa minuman yang ditinggalkan oleh saudaranya.”Bisyr mengajarkan : “Berilah salam kepada para pecinta dunia dengan cara tidak memberi salam kepada mereka.”Syu’aib bin Harba menuturkan :“Ketika aku sedang melakukan thawaf di Ka’bah, seorang buruh laki-laki menyikutku, dan aku menoleh kepdanya. Ternyata orang itu adalah Fudhail bin ‘Iyadh, yang berkata : “Wahai Abu Shalih, jika engkau berpikiran bahwa di antara manusia yang melakukan ibadat haji ini ada yang lebih hina daripada dirimu atau diriku, maka betapa buruknya pikiranmu itu.”Salah seorang Sufi mengatakan : “Aku melihat seorang laki-laki ketika sedang melakukan thawaf di Ka’bah. Ia sedang dikelilingi oleh orang-orang yang menjunjung dan memujinya. Karena ulah mereka itu, hingga menghalangiorang lain dari melakukan thawaf. Sedang beberapa waktu setelah itu, kau melihat ia meminta-minta kepada orang-orang yang lewat di sebuah jembatan di Baghdad. Aku terkejut dan heran. IA lalu berkata kepadaku : “Aku dulu membanggakan diri di tempat di mana manusia-manusia mestinya merendahkan diri, maka Alalh swt. lalu menimpakan kehinaan kepadakudi tempat di mana manusia berbangga diri>”Ketika Umar bin Abdul Aziz mendengar bahwa salah sorang putranya telah membeli sebuah permata yang sangat mahal seharga seribu dirham. Beliau lalu menulis surat kepadanya : “Aku telah mendengar bahwa engkau telah membeli sebutir permata seharga seribu dirham. Jika surat ini telah sampai kepadamu, juallah cincin itu dan berilah makan seribu orang miskin. Selanjutlah buatlah sebuah cincin seharga dua dirham, dengan batu dari besi Cina, dan tulislah padanya, “Allah mengasihi orang yang mengetahui harga dirinya yang sebenarnya.”Dikatakan bahwa seorang budak dijual kepada seorang penguasa dengan seharga seribu dirham!” Si penguasa bertanya : “Apakah sifat-sifat itu?” Si budak menjawab : “Sifat yang paling kecil diantaranya adalah behwa seandainya tuan membeli saya dan kemudian menyayangi saya melebihisemua budak tuan a g lain, saya tidak akan keliru memandang posisi saya yang sesungguhnya; saya akan tetap sadar bahwa saya adalah budak tuanku.” Maka penguasa itu jadi membelinya.Dikatakan bahwa Jabir bin Hayawah berkomentar : “Ketika Umar bin Abdul Aziz sedang berkhitbah, kutaksir-taksir pakaian yang dikenakannya berharga sekitar duableas dirham saja, yang terdiri dari jubah luar, surban, celana , sepasang sandal, dan selendang.”Dikatakan bahwa ketika Abdullah bin Muhammad bin Wasi” berjalan dengan lagak tak terpuji, ayahnya berkata kepadanya : “Tahukan kamu dengan harga berapaaku dulu membeli ibumu? Cuma tiga ratus dirham. Dan ayahmu ini, semoga Allah tidak memperbanyak jumlah manusia yang sepertinya di kalangan Kaum Muslimin. Lanatas, dengan orang tua yang semacam ini,engkau berjalan dengan lagak begitu?”Hamdun al-Washshar berkata : “Tawadhu’ adalah engkau tidak memandang dirimu dibutuhkan oleh siapa pun, baik di dunia ini maupun di dalam hal Agama.”Dikataka bahwa Abu Dzar dan Bilal – semoga Allah meridhai mereka berdua – sedang bertengkar.Abu Dzar menghina Bilal karena kulitnya yang hitam. Bilal mengadu kepada Rasulullah saw. yang lalu bersabda, “Wahai Abu Dzar, sungguh!. masih ada sifat Jahiliyah dalam hatimu.” Mendengar itu, Abu Dzar menjatuhkan dirinya ke tanah dan bersumpah tidak akan mengangkat kepalanya sampai Bilal menginjakkan kakinya pada pipinya. Ia tidak bangun-bangun sampai bilal melakukan hal itu.Ktika al-Hasan bin Ali r.a. berjalan melewati sekelompok anak-anak yang sedang makan roti, mereka mengajaknya pula makan. Beliau pun turun dari atas kendaraan dan makan bersama mereka. Kemudian beliau membawa mereka ke rumah beliau, mengajak mereka makan, memberi mereka pakaian, dan berkata : “Aku berhutang budi kepada mereka, sebab mereka tidak memperoleh lebih dari apa yang mereka tawarkan kepadaku, sedangkan aku memeperoleh keuntungan labih dari mereka.”Dikatakan : “Umar bin Khaththab r.a. membagi-bagikan bahan pakaian yang berasal dari pampasan perang kepada para sahabtnya. Beliau mengirmkan sepotong mantel buatan Yaman kepada Mu’adz. Oleh Mu’adz mantel tersebut dijual dan kemudian digunakan untuk membeli enam orang budak dan memerdekakannya.Hal ini sampai kepada telinga Umar. Pada pembagian bahan pakaian berikutnya, kepada Mu’adz diberikannya bahan pakaian yang harganya lebih murah. Ketika Mu’adzmemprotesnya, Umar bertanya : “Mengapa protes?” Engkau telah menjual bagianmu waktu pembagianyang lalu.” Mu’adz tetap menuntut, “Apa urusannya dengan Anda? Berikan bagian saya, sebab saya telah bersumpah akan mengenakannya pada kepala Anda!” Umar berkata : “Inilah kepalaku di depanmu. Barang yang usang sepatutnya di pasang pada barang yang usang. Pula.”
13.MELAWAN HAWANAFSUFirman Allah swt.“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” )Qs. An-Naazi’aat : 40-1).Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a. (Jabir bin Abdullah al-Khazrajy al-Nashari as-Sulamy (16sH-78 H/607 -697) ikut berperangsebelas kali. Ia mempunyai majelis halaqah ilmiah di Masjid Nabawi. Meriwayatkan 1.540 Haditst). Bahwa Rasulullah saw. telah bersabda :“Hal yang paling kutakutkan kepada ummatku adalah mengumbar hawa nafsu dan melamun panjang. Mengumbar hawanafsu memalingkan manusia adari Al-Haq, sedang melamun panjang membuat orang lupa pada akhirat. Karena itu, ketahuilah bahwa melawan hawa nafsu adalah modal ibadat.” (H.r. Hakim dan Dailamy).Ketika salah seorang Syeikh ditanya tentang Islam, ia menjawab : “Membabat nafsu dengan pisau perlawanan, Dan ketahuilah bahwa bagi seseorang yang nafsunya telah bangkit, maka pencerahan hati yang menyebabkan sukacita jiwanya di hadalapan Allah swt. akan hilang.”Dzun Nuun al-Mishry mengatakan : “Kunci ibadat adalah tafakur. Tanda terrcapainya tujuan adalah perlawanan terhadap hawa nafsu dengan mninggalkan keinginan-keinginannya.”Ibnu Atha’ berkta : “Nafsu itu dengan sendirinya cenderung pada perilaku yang jahat. Pada saat yang sama, si hamba diperintahkan agar bersabar di dalam beribadat. Jadi, hawa nafsu berperilaku sesuai dengan wataknya dengan cara menetang, dan si hamba menolak hawa nafsu dengan perjuangan melawan tuntutan-tuntutannya yang jahat.”Al-Junayd berkomentar : “Nafsu amarah yang terus menerus mendorong pada kejahatan adalah penyeru kepada kebinasaan, pembantu musuh, pengikut hawa nafsu, dan diharu biru dengan berbagai macam kejahatan.”Abu Hafs mengajarkan : “Barangsiapa tidak mencurigai diri sendiri dalam setiap waktu, tidak menetangnya dalam setiap keadaan ruhani, dan tidak memaksakan kepada diri sendiri apa yang tidak sesuai dalam hari-harinya, adalah manusia yang tertipu. Dan barangsiapa memberikan perhatiankepada nafsu dan menyetujui sebagian darinya identik dengan menghancurkan diri sendiri. Bagaimana bisa membenarkan bagi orang yang memiliki akal untuk menyenangi diri sendiri? Sedangkan Yusuf a.s. yang mulia, putra dari keturunan yang mulia, Ya’qub dan Ishaq bin Ibrahim as. Berkata : “Aku tidak membersihkan diriku dari kesaahan; sesungguhnya nafsu itu cenderung kepada kejahatan.” (Qs. Yusuf : 53).Al-Junayd menuturkan, : “Suatumalam aku tidak dapat tidur, lalu akubangun untuk melakukan wirid. Tetpai aku tidak menemukan kemanisan atau kenikmatan yang bisanya kurasakan. Maka Aku menjadi bingung dan berharap untuk dapat tidur saja, tetapi tetap tidak dapat. Lalu aku duduk, namun demikian aku tidak dapat duduk nyaman. Maka kubuka jendela dan aku pergi ke luar. Klihat seorang laki-laki berselimutkan mantel sedang berbaring di jalan. Ketika ia menyadari kehadiranku, ia mengangkat kepalanya dan berkata : “Wahai Abul Qasim, lihatlah waktu!” Aku menjawab : “Tuanku, tidak da ketentuan waktu.” Ia berkata : “Bahkan aku sudah memohon kepada si Pembangkit hati agar menggerakan hatimu kepadaku. “Akuberkata : “ Dia telah melakukannya. Jadi, apa kemauan anda ?” Aku menjawab : “ Jika nafsu mentang hawanya, maka penyakitnya menjadi obatnya.” Kemudian laki-laki itu berpaling dan berkata kepada dirinyasendiri, :Dengar (hai nafsu), aku telahmenjawab pertanyaanmu tujuh kali dengan jawaban seperti itu, tapi engkau menolak menerimanya sampai engkau mendengarnya dari al-Junayd, dan sekang engkau telah mendengarnya.” Kemudian ia berlalu meninggalkan aku. Aku tidak tau siapa dirinya dan tidak pernah bertemu dengannya lagi.”Abu Bakr ath-Thamastany berkata : “Nikmat terbesar adalah jika engkau keluar dari dirimu sendiri,sebab ia adalah tabir terbesar antara dirimu dengan Allah, swt.”Sahl bin Abdulllah mengatakan: “Tidak ada ibadat bagi Allah selain yang lebih utama dari menentang hawa nafsu.”Ketika ditanya tentang perkara yang paling dibenci Allah swt. Ibnu Atha’ menjawab : “Memberikan perhatian kepada diri sendiri dengan segala keadaannya. Lebih buruk dari itu adalah mengharapkan imbalan atas perbuatan-perbuatannya.”Ibrahim al-Khawwa menuturkan : “Aku sedang berada di atas gunung al-Lakam, ketika aku melihat segerombolan pohon delima, timbul keinginanku untuk mencicipannya sebuah. Lalu aku naikke atas memetik sebuah dan membelahnya, akan tetapi rasanya asam. Lalu aku melihat seorang glaki-laki terbaring di tanah, dikerumuni lebah. Aku berkata kepadanya : “Assalamu’alaikum.” Ia menjawab : “Wa’alaikum salam, wahai Ibrahim.” Aku bertanya : “Bagaimana engkau mengenalku?” Iamenjawab : Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari manusia yang mengenal Allah swt. Aku berkata : “Kulihat engkau berada dalam keadaan bersama Allah swt.” Mengapa engkau tidak meminta kepada-Nya agar melindungimu dari gangguan lebah-lebah itu?” Ia berkata : “Dan engkau, kulihat juga berada dalam keadaan bersama Allah swt. Mengapa engkau tidak meminta kepada-Nya juga agar melindungimu dari keinginan makan delima?” Manusia akan mengalamai rasa sakit dari sengatan delima di akhirat, sementara sengatan lebah hanya terasa sakit di dunia.” Aku pun pergi berlalu meninggalkan orang itu.”Dalam satu riwayat Ibrahim binSyaiban mengabarkan : “Selama empat puluh tahun aku tidak pernah bermalam satu kalipun di bawah atap rumahku atau di tempat tertutupyang lain. Namun Terkadangaku masih menginginkan agar bisamakan ‘ada dengan kenyang. Sayang, keinginanku itu tidak pernah terpenuhi. Pada suatu hari, ketika akuberada di Syam, seseorang menghidangkan semangkok penuh ‘adas kepadaku. Aku makan isinya dan kemudian berangkat. Di tengah jaan aku melihat botol-botol berisi semacam cairan, yang kukira adalah cuka. Di antara mereka menegurku : “Bagaimana pendapatmu?” Ini adalah botol-botol anggur, dan ini guci anggur!” Aku berkaa pada diri sendiri, “Adalah kewajibanku....”Kemudian aku pun masuk ke dalam warung dan menumpahkan isi-isi botol serta guci-guci itu. Orang itu mengira bahwaaku menumpahkan isi botol-botol ituatasperintah Sultan. Tapi ketika mengetahui bahwa itu hanya inisitaifku sendiri, ia lalu membawaku kepada Ibnu Thaulun yang memerintahkan agar aku dideraduaratus kali dan dimasukan ke dalam penjara. Aku tinggal di penjarabeberapa waktu lamanya sampai Abu Abdullah al Maghriby, guruku, datang ke negeri itu dan membebaskanku. Ketika melihatku, beliau bertanya : “Apa yang telah engkau perbuat?” Aku menjawab : “Satu perut yag penuh berisi ‘adas dan duaratus deraan!” Beliau berkata: “Engkau telah diselematkan dari segala tuduhan di akhirat.”Dalam suatu riwyatSari as-SaqathY pernah menuturkan : “Selama tiga puluh tahun, nafsuku telah meminta kepadaku sepotong wortel yang dicelup dalam madu kurma, tetapi aku belum sempat memakannya!” Saya dengar Abu Abbas ala Baghdady menuturkan bahwa kakeknya pernah berkata : “Bencana seorang hamba adalah rasa pusnya terhadap keadaan dirinya.”Isham bin Yusuf al-Balky menghadap kepada Hatim al-Asham,ia pun diterima. Seseorang bertanya :“Mengapa Anda menerimanya?” Hatim menjawab : “Dengan menerimanya aku merasakan rasa hinaku sekaligus merasakan kebanggaannya. Sebaliknya, apabila aku menolaknya, aku merasa kebangganku sekaligus merasakan rasa hinanya. Maka aku memilih kebanggaannya daripada kebangganku dan kehinaanku daripada kehinaannya.”Seseorang berkata kepada salah seorang Sufi : “Aku ingin melaksanakan ibadat haji dalam keadaan menyepi (tajrid).” Sang Sufi menjawab : “Lebih tajridlah sifat alpadari dalam hatimu, kekurang-seriusan dari dirimu, dan perkataan yang sia-sia dari lidahmu; setelah itu tempuhlah ke mana saja engkau mau.”Abu Sulaiman ad-Darany berkata : “Orang yang melewati malam harinya dengan cukup baik akan memperoleh balasan di siang harinya, dan orang yang melewati siang dengan cara yang baik akan memperoleh balsan di malam harinya. Barangsiapa tulus dalam menjauhi hawa nafsu akan terbebas dari beban memberi nafsu makanan. Allah swt. bersifat Maha Pemurah hingga tidak berkehendak untuk menghukum hati yang menjauhi hawa nafsu demi Dia.”Allah swt. mewahyukan kepadaDaud as. “Wahai Daud, peringatkanlah para sahabatnyaterhadap sikap menuruti hawa nafsu,sebab hati yang terikat kepada hawa nafsu dunia tertutup dari-Ku.”Dikatakan bahwa seseorang sedang duduk melayang di udara, dan seseorang bertanya kepadanya, “Bagaimana engkau bisa melakukan hal ini?” Ia menjelaskan : Aku meninggalkan hawa nafsu, karenanya Allah swt. menjadikan udara tunduk kepadaku.”Dikatakan : “Jika (pemenuhan) seribu hawa nafsu ditawarkan kepada seorang Mukmin, niscaya ia akan meolaknya dengan rasa takut kepada Allah Swt. Tetapi jika pemenuhan satu kehendak hawa nafsu ditawarkan kepada seorang pndosa, pemenuhan itu akan mengusir darnya rasa takut kepada Allah swt.” Dikatakan juga, : “Janganlah engkau tempatkan kendalimu di tanag nafsu, sebab ia pasti membawamu pada kegelapan.”Yusuf bin Asbat berkata : “Hanya takut yang sangat atau kerinduan yang bergelora sajalah yang bisa memadamkan “NAFSU”.Al-Khawwa berkata : “Barangsiapa meninggalkan hawa nafsu, tapi tidak menemukan pengganti dalam hatinya adalah seorang pendusta dalam meninggalkan hawa nafsu itu sendiri.”Ja’far bin Nashr mengabarkan :“Al-Junayd memberiku uang satu dirham dan menyuruhku membeli semacam buah kenari. Kubeli beberapa buah, dan ketika saat berbuka puasa tiba, ia memecah sebuah dan memakan isinya. Tapi kemudian ia memuntahkannya dan menangis. : “Singkirkan buah-buah ini.” Pintanya> Ketika aku bertanya apa yang telah terjadi, ia menjawab : “Sebuah suara berseru dalam hatiku :“Tidakkah engkau merasa malu? Engkau menjauhi satu nafsu demi untuk-Ku, tapi kemudian mengambilnya lagi!.”Kaum Sufi bersyair :Huruf Nun dari kehinaan (haan)dari hawa..Telah dicuri.Menyerah kepada hawa nafsuJatuh dalam kehinaan.
14.D E N G K IAllah set. Berfirman :“Katakanlah : “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai sebuah dari kejahatan makhluk-Nya.”Kemudian dia berfirman : “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.” (Qs. Al-Falaq : 1,2 dan 5.).DI sini, Allah menutup Surat, yang dijadikan sebagai perlindungan dengan menyeburkan kata “Dengki”.Diriwayatkan dari Ibnu Ma’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda :“Ada tiga hal yang menjadi akar semua dosa. Jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya. Waspadalah terhadap kesombongan,sebab kesombongan telah menjadikan iblis menolak bersujud kepada Adam. Waspadalah terhadapkerakusan, sebab kerakusan telah menyebabkan Adam memakan buah dari pohon terlarang. Dan jagalah dirimu dari dengki, sebab dengki telah menyebabkan salah seorang anak Adam membunuh saudaranya.” (H.r. Ibnu Asakir).Salah seorang Sufi mengatakan : “Orang yang dengki adalah orang yang tidak beriman, sebab ia tidak merasa puas dengan takdir Allah Yang Maha Esa,” Dikatakan : “Orang yang dengki tidak pernah berjaya.”Disebutkan dalam firman Allah swt. : “Katakanlah, “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.” (Qs. Al-A’raf :33).Dikatakan bahwa : “perbuatan keji yang tersembunyi itu adalah dengki.”Dalam beberapa kitab tertulis bahwa : “Orang yang dengki adalah musuh nikmat-Ku.”Dikatakan pula : “Pengaruh dengki tampak padamu sebelum ia tampak pada musuhmu.”Al-Asmu’i menuturkan : “Aku melihat seorang Badui yang berumur seratus dua puluh tahun, dan aku berkata : “Alangkah panjangnya umurAnda!.” Ia menjawab : “Aku telah meninggalkan dengki, hingga umurku panjang.”Ibnul Mubarak mengatakan : “Segala puji bagi Allah, Yang tidak menempatkan dengki dalam hati pemimpinku sebagaimana yang telah ditempatkan-Nya dalam hati pendengkiku.”Dalam satu Hadits dikatakan : “Ada seorang malaikat di langit kelima yang amal perbuatan seseorang manusia melaluinya, dan ia bersinar kemilau seperti matahari. Malaikat itu memerintahkan : “Berhentilah karena kau adalah malaikat dengki. Pukullah pelaku dengki pada mukanya, sebab ia adalah seorang pendengki!.”Mu’awiyah bin Abu Sufyan berkata : “Aku mampu menyenangkan semua orang kecuali pendengki. Ia tidak pernah merasa puas dengan apa pun selain berhentinya kenikmatan bagi semua orang.”Dikatakan : “Seorang pendengki adalah seorang yang paling zalim. Ia tidak membiarkan sesuatu pun tetap tinggal di tempatnya.”Umar bin Abdul Aziz menegaskan : “Aku tidak pernah melihat orang yang lebih zalim yang sama dengan kezaliman pendengki. Sebab ia senantiasa berada dalam keadaa sengssara dan nafas sesak.”Dikatakan : “Di antara tanda-tanda seorng pendengki adalah penjilat orang lain manakala orang itu berada di dekatnya, memfitnahnya manakala tidak berada di dekatnya, dan merasa senang apabila ada bencana yang menimpa diri orang lain.”Mu’awiyah berkata : “Tidak adasifat-sifat kejahatan yang lebih tegak daripada dengki. Orang yang dengki binasa sebelum orang yang didengkinya.”Dikatakan bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada Sulaiman putraDaud, as. “Kuperintahkan engkau agar melakukan tujuh perkara, “Janganlah engkau menggunjing danmendengki salah seorang hamba-Ku yagn ssaleh!” Sulaiman menjawab : “”Tuhanku”, cukuplah perintah itu bagiku.”Dikatakan bahwa Musa as. Melihat seorang manusia di dekat “Arasy. Karena Musa ingin menempati kedudukan itu, beliau bertanya, “Apa amalnya?” Pertanyaanya itu dijawab : “Ia tidak pernah dengki terhadap manusia karena anugerah Allah swt. kepadanya.”Dikatakan : “Seorang pendengki menjadi bingung bila melihat adanya rahmat atas diri orang lain dan merasa senang jika melihat adanya kekurangan pada diri orang lain.”Dikatakan :“Jika engkau ingin selamat dari seorang pendengki, sembunyikan urusanmu darinya.”Dikatakan pula : “Seorang pendengki sangat marah terhadap manusia yang tidak mempunyai dosa, dan bersikap kikir terhadap yang tidak ia miliki.”Dikatakan juga : “Waspadalah! Jangan sampai engkau mengharapkan untuk mencintai orang yang mendengkimu, sebab ia pasti tidak akan menerima kebaikanmu.”Kata salah seorang Sufi : “Apabila Allah swt. Berkehendak memberikan kekuasaan kepada seorang musuh yang tak mengenal kasihan, terhadap salah seorang hamba-Nya, maka kekuasaan itu diberikan-Nya kepada pendengkinya.”Dalam syair Sufi :Cukuplah bagimu kisah tentangseorangYang dikasihani oleh para pendengkinya.Mereka juga membacakan syair berikut :Semua permusuhan terkadang diharapkanKematiannyaKeculai permusuhan dari orangAng melawanmu dengan rasa dengki.Mereka juga membacakan syair :Manakala Allah berkehendak menebar kebajikanDigulunglah lidah pendengkinya.Ibnul Mu’tazz mengatakan :Katakan pada pendengki Ketika nafasnya terengah-engah,“Haisi dzalim!.”Sedang ia Seakan-akan orang yang ditindas.
15.PERGUNJINGANAllah swt. berfirman :“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha MenerimaTaubat lagi Maha Penyayang.” (qs, Al-Hujurat :12).Abu Hurairah r.a. meriwayatkanbahwa ada seorang laki-laki yang ikutduduk bersama Rasulullah saw. kemudian ia bangkit berdiri dan pergi. Salah seorang yang hadir berkata : “Alangkah lemahnya orang itu.” Rasulullah saw. bersabda : “Engkau telah memakan daging saudaramu ketika engkau menggunjingnya.”Allah swt. mewahyukan kepadaMusa, as. : “Barangsiapa meninggal dengan berTaubat dari menggunnjing, akan menjadi orang terakhir yang masuk surga, dan barangsiapa meninggal dengan berterus-terusan melakukan gunjingan itu, akan menjadi orang yang pertama masuk neraka.”Auf menuturkan : “Aku datang kepada Ibnu Sirin, aku aku menggunjing Al-Hallaj. Ibnu Sirin berkata :”Sesungghnya Allah swt. adalah hakim yang paling adil, maka sebanyak yag diambilnya dari al-Hallaj, sebanyak itu pula yang diberikan-Nya kepadanya. Ketika engkau berjupa dengan Allah awt. Di akhirat nanti, dosa sekecil apapun yang telah dilakukan al-Hallaj akan menjadi lebih besar bagimu daripadadosa terbesar yang teah dilakuka al-Hallaj.”Diriwaytkan bahwa Ibrahim bin Adham diundang ke sebuah pesta, dan ia pun bersedia menghadirinya. Ketika orang-orang membicarakan seseorang yang tidak hadir, mereka mengatakan : “Seorang yang kurus kering dan tidak meenarik.” Ibrahim berkata : “Inilah yang dilakukan nafsuku terhadap diriku.” Kutemukandiriku dalam perkumpulan dimana pergunjingan dilakukan.” Ia lalu pergi begitu saja, setelah itu ia tidak makan selama tiga hari.Dikaakan : “Barangsiapa menggunjing orang lain adalah seperti orang yang menyiapkan ketapil. Ia menembak amal-amal baiknya sendiri dengan perbuatannyaitu ke Barat dan ke Timur. Ia menggunjing seseorang dari Khurasan, seorang lagi dari Hijaz, seorang lagi dari Turki, ia mencerai-beraikan amal-amal baiknya sendiri, dan ketika berdiri, tak satu pun amal baiknya.”Dikatakan, : “Seorang hamba akan diberi catatan amalnya pada hari Kiamat, tetapi ia tidak melihat satu pun amal baiknya di dalamnya. Ia akan bertanya : “Di mana shalat, puasa dan amal-amal ibadatku yang lain?” Dikatakan kepadanya : “Semuaamalmu telah hilang karena engkau terlibat dalam pergunjingan.”Dikatakan : “Barangsiapa digunjing, Allah mengampuni separo dosanya.”Sufyan ibnul Husain mengatakan : “Aku sedang duduk-duduk dengan Iyas bin Mu’awiyah, dan menggunjing seseorang. Iyas bertanya kepadaku : “Apakah engkautelah menyerang orang-orang Romawi atau Turki tahun ini?” Aku menjawab : “Tidak” Ilyas berkata : Orang-orang Turki dan Romawi telah selmat dari seranganmu, sementara saudaramu sendiri yang Muslim tidak!” Dikatakan : “Seorang manusia akan diberi catatan amalnya di hari Kiamat, dan ia menemukan di dalamnya amal-amal baik yag tidak pernah diperbuatnya. Dikatakan kepadanya : “Ini adalah imbalan bagi gunjingan orang terhadapmu, yang tidak kamu ketahui.”Sufyan ats-Tsauri ditanya tentang sabda Nabi saw. : “Sesungguhnya Alalh membenci keluarga pemakan daging manusia.” (H.r. Baihaqi). Sufyan mengomentari: “Yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang menggunjing, mereka memakan daging manusia.”Ketika menggunjing ditanyakandi hadapan Abdullah ibnul Mubarak, ia berkata : “Jika aku menggunjing seseorang niscaya aku akan menggunjing kedua orang tuaku, sebab mereka yang paling berhak atas amal-amal baiku.”Yahya bin Mu’adz berkata : “Jadikanlah keuntungan seorang Muslim terhadap dirimu berupa tiga hal ini : Jika engkau tidak bisa membantunya, maka janganlah engkau mengganggunya; Jika engkau tidak bisa memberinya kegembiraan, maka janganlah engkau membuatnya sedih; Jika engkau tidak bisa memujinya, maka janganlah engkau mencari-cari kesalahannya.Dikatakan kepada Hasan al-Bashry : “ Si Fulan telah menggunjing Anda”, maka al-Hasan lalu mengirimkan kue-kue kepada orang yang menggunjingnya, dengan pesan : “Aku mendengar bahwa engkau telah melimpahkan amal baimu kepadaku. Aku ingin membalas kebaikanmu.”Diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda : “Jika orang melepaskan tabir rasa malu dari wajahnya, niscaya tidak akan ada masalah pergunjingan bagimu.” (H.r. Ibnu Abdi dan Abu Asy-Syeikh).Al-Junay menuturkan : “Aku sedang dudukduduk di masjid asy-Syuniziyah, menunggu jenazah agar aku bisa ikut melaksanakan shalat jenazah. Orag-orang Baghdad dengan berbagai kelasny duduk menunggu iringan tersebut. Lalu aku melihat seorang miskin yang kelihatan bekas ibadatnya mengemisdari orang banyak. Aku berkata kepada diriku sendiri : “Jika orang ini mau bekerja untuk memperoleh rezekinya, itu akan lebih baginya.” Ketika aku kembali ke rumah, maka seperti biasanya, aku mulai melakukan wirid di malam hari, menangis dan shalat, serta amalan-amalan lainnya. Tetapi semua wiridku itu terasa memberatkan jiwaku, aka aku lalu tidak dapat tidur, dan hanya duduk-duduk saja. Ketika aku terjaga, kantuk datang kepadaku,aku melihat si pengemis itu. Kulihat orang-orang sedang meletakkan tubuhnya di atas sehamparan kain yang lebar, dan mereka memerintahkan kepadaku : “Makanlah daging orang ini, karena engkau telah menggunjingnya.” Keadan orang itu diungkapkan kepadaku, dan aku memprotes, “Aku tiak menggunjingya.” Aku hanya mengatakan sesuatu kepada diriku sendiri.” Lalu dikatakan keapdaku : “Perbuatan seperti itu pun tidak layak. Pergilah kepada orang itu dan meminta maaflah!” Paginya aku terus mencari orang itu sampai aku menemukannya sedang mengumpulkan dedaunan yang tersisa dalam air yag digunakan untuk mencuci sayur mayur. Ketika aku memberi salam kepadanya, ia bertanya : “Wahai abul Qasim, apakah engkau atang ke sini lagi?” Aku menjawab : “Tidak” Ia berkata : “Semoga Allah mengampuni dosa kami dan dosamu.”Abu Ja’far al-Baklhy berkata : “Seorang pemuda dari kalngan warga Balkh sedang berada di antarakami, ia bermujahadah dan mengabdikan dirinya untuk melayani Allah. Hanya saja ia terus menerus terlibat dalam gunjingan. Ia suka mengatakan : “Si Fulan dan si Fulan itu demikian.” Pada suatu hari aku melihatnya sedang mengunjungi beberapa tukang memandikan jenazah yang disebut orang sebagai “orang-orang banci”. Ketika pemuda itu meninggalkan mereka, aku bertanya kepadanya : “Wahai Fuan, apa yang telah terjadi padamu?” Ia menjawab : “Begiliha akibatnya atas perbuatanku mengunjing. Hal itu telah emncampakkanku dalam kehinaan ini. Aku telah tergila-gila kepada salah seorang banci dan aku melayani mereka atas namanya. Semua amal ibadatku sebelumnya telah musnah. Maka doakan agar Allah swt.mengasihiku!.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar