Minggu, 22 Juli 2018

Pego

Huruf Pegon mengambil namanya dari kataPego yang berarti menyimpang, karena menggunakan abjad Arab (Hijaiyah) untuk menuliskan bahasa Jawa atau Sunda. Sedang dalam bahasa Bausastra, kata Pegon berarti tidak murni. Berbeda dengan huruf Gundul atauGundhil, Pegon sejatinya adalah huruf konsonan sebelum digandeng dengan huruf vokal atau sandangan huruf lainnya. Penggunaan huruf vokal ini bertujuan untuk menghindari kerancuan dengan bahasa Melayu yang tidak terlalu banyak memakai kosakata vokal.

Huruf Pegon sendiri diyakini dikembangkan pada tahun 1400an oleh Sunan Ampel, atau dalam teori lainnya dikembangkan oleh murid Sunan Ampel, Imam Nawawi asal Banten. Yang pasti, huruf ini lahir dari kalangan pemuka agama Islam dan diajarkan secara umum di pesantren-pesantren selama masa penjajahan Kolonial Belanda. Pada masa itu, muncul fatwa yang menolak untuk menggunakan produk-produk penjajah, termasuk tulisan mereka. Maka kalangan ini menggunakan Pegon sebagai simbol perlawanan, juga sebagai bahasa sandi untuk mengelabuhi penjajah pada saat berkomunikasi dengan sesama anggota pesantren dan juga beberapa pahlawan Nasional yang berasal dari golongan santri. Dalam manuskrip dan literatur pesantren, huruf ini juga banyak ditemukan, seperti dalam Serat (Nabi) Yusup.

Ketika Kemal Attaturk menggulingkan kesultanan terakhir Utsmaniyah, huruf Pegonmengalami pergeseran oleh huruf Latin dan juga huruf Romawi, dimana hal tersebut diresmikan pada tahun 1950an di Singapura dalam sebuah kongres yang akhirnya melahirkan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. Saat itu, hampir semua penerbit Koran, majalah, dan buku terpaksa mengganti huruf Pegon dengan huruf Romawi, termasuk majalah At-Turats yang dikenal menggiatkan Pegon untuk semua tulisannya. Majalah ini memiliki gagasan bahwa matinya huruf Pegon adalah matinya Ulama.

Dikenal sebagai Pegon di Nusantara, huruf ini mendapat nama Huruf Jawi di Malaysia, namun secara luas dikenal sebagai huruf Arab Melayu karena huruf ini juga akhirnya menyebar hingga ke Brunei, Thailand, dan Filipina. Uniknya, meski digunakan untuk menulis kosakata Jawa, huruf ini tetap ditulis dari kanan ke kiri layaknya penulisan Arab, dengan kaidah penyambungan yang sama.

Sayang, saat ini huruf Pegon kian menghilang meski dulunya digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat, dari kalangan kyai hingga sastrawan. Selain memang bersifat temporary (sementara), hilangnya Pegon juga karena kolonial Belanda menekan pergerakan perlawanan dari pesantren.
Meski pakem asli dari huruf Pegon tak pernah ditemukan, namun dalam beberapa buku daerah klasik dapat ditemukan huruf Pegon dengan karakter yang hampir sama satu sama lain. Dalam manuskrip Islam di Jawa kuno, huruf ini seringkali digunakan untuk menulis jenggotan, yakni terjemahan bahasa Jawa atas naskah berbahasa Arab.

Mengenal Penulisan Arab Pegon

Mengenal Asal Penulisan Arab Pegon merupakan hal yang paling unik di Indonesia ini. Penulisan Arab Pegon berasal dari huruf Arab Hijaiyah, yang kemudian disesuaikan dengan aksara (abjad) Indonesia (Jawa). Kata pegon dalam kamus Bausastra mempunyai arti tidak murni Bahasa Jawa.

Awal mula lahirnya Huruf Pegon ini lahir dikalangan pondok pesantren untuk memaknai atau menerjemahkan kitab – kitab berbahasa Arab kedalam bahasa Jawa/Indonesia untuk mempermudah penulisannya, karena penulisan Arab dimulai dari kanan ke kiri begitu pula menulisan Pegon, sedangkan penulisan Latin dimulai dari kiri ke kanan.

Menurut satu pendapat, penemu huruf Pegon adalah Sunan Ampel1, sedangkan menurut pendapat lain Imam Nawawi2 Banten, hal ini dikuatkan dari sejarah pada masa penjajahan banyak sekali terjadi penindasan, perampasan hak dan penyiksaan. Maka timbulah “Gerakan Anti Penjajah”. Pemberontakan terhadap pemerintahan penjajah terjadi dimana – mana, termasuk didalamnya kaum muslimin sampai – sampai para ‘ulama dan kyai berfatwa “haram memakai apapun dari penjajah” termasuk tulisannya. Dalam situasi ini, dengan cerdas Imam Nawawi menyesuaikan bahasa Jawa dengan huruf – huruf Arab yang dinamakan aksara Pegon (Pego).

Demikianlah sedikit uraian arti, penemu dan latar belakang ditemukannya aksara Pegon. Selanjutnya akan diuraikan metode kaidah menulis dan membaca aksara Pegon yang diambil dari buku “Pakem Tanah Jawa Induk Ramalan dan Kisah Ekspedisi Syeikh Subakir3 ke Pulau Jawa” dengan sedikit perubahan. Agar penulisan Pegon kita (para SayThon) dapat diseragamkan

Sastra Pegon
Huruf Hijaiyyah
ا ب ت ث ج ح خ ........الخ
Aksara Arab yang diambil untuk aksara Pegon
اب ت ج د ر س ط ع ف ك ل م ن و ه ي
Huruf Pegon ini merupakan huruf konsonan sebelum digandeng dengan huruf vokal dan sandangan huruf lain. Untuk menjadikan huruf vokal maka harus ditambahkan huruf vokal yaitu :
• Alif (ا) : untuk bunyi A
• Ya (ي) : untuk bunyi I
• Wawu (و) : untuk bunyi u
Serta harus ditambah sandangan (bantu) yaitu fathah (َ) , pȇpȇt (~) dan Hamzah (ء).

Kaidah – kaidah aksara Pegon
1. Huruf JIM (ج) ditambah 2 titik menjadi/dibaca CA/C
2. Huruf FA (ف) ditambah 2 titik menjadi/dibaca PA/P
3. Huruf DAL (د) diberi 3 titik di atas menjadi/dibaca DHA/DH
ket : titik diletakkan diatas untuk keseragaman dengan ذ
4. Huruf YA (ي) ditambah 2 titik menjadi/dibaca NYA/NY
5. Huruf KAF (ك) ditambah 3 titik dibawah menjadi/dibaca GA/G
6. Huruf AIN (ع) ditambah 3 titik diatas menjadi/dibaca NGA/NG
ket : titik diletakkan diatas agar seragam dengan غ
Huruf HA aksara Pegonya ada dua yaitu HA (ه) dan alif (ا), karena HA dapat dibaca A contoh hayu dibaca ayu, hana dibaca ana.
7. Huruf Pegon ditambah alif (ا) berbunyi A, contoh أ/ها maka dibaca ha/a
Huruf Pegon diberi alif (ا) berbunyi Ó (dalam bahasa Jawa) seperti bunyi O pada kata Gógó (tanaman padi pada lahan kering) dan berbunyi A dalam bahasa Indonesia, namun di beberapa daerah Jawa sering juga dibaca A :
ه + ا dibaca HO dalam bahasa Jawa
HA dalam bahasa Indonesia
Contoh : سورابايا Suroboyo : Jawa
Surabaya : Indonesia.

8. Huruf Pegon ditambah YA (ي) berbunyi I contoh
ن + ي : ني dibaca NI
ج + ي : جيdibaca JI
ك+ي : كي dibaca KI
Contoh : NIKI ditulis نيكي
9. Huruf Pegon diberi tambahan Wawu (و) berbunyi U
أ + و : أو dibaca U
ه + و : هو dibaca HU
ن + و : نو dibaca NU
Contoh : KUKU ditulis كوكو:
10. Huruf Pegon di Fathah dan digandeng dengan (ي) dibaca É, seperti E pada kata énak, pédé, saté.
اَ +ي : اَي dibaca E
هَ +ي :هَي dibaca HE
نَ + ي: نَي dibaca NE
Contoh : Enak : اَيناك
Juga dibaca Ё seperti pada kata peyek, remeh, teh, namun dalam bahasa Indonesia tetap dibaca É.
Contoh : Peyek : ڤيييك
11. Huruf Pegon di Fathah dan digandeng dengan Wawu (و) untuk bunyi O, seperti pada kata ijo, bojo, loro, soto.
اَ +و : اَو dibaca O
نَ +و :نَو dibaca NO
هَ +و : هَو dibaca HO
Contoh : Bojo loro : بَوجَو لَورَو
Soto Babat : سَوتَو بابات
12. Huruf Pegon diberi sandangan Pȇpȇt (~) atau tidak diberi sandangan apapun dibaca Ê seperti bunyi e pada kata sejuk, seger, semar, semangka.
آ atau ا dibaca E
ۿ atau ه dibaca HE
ن atau ن dibaca NE
Contoh : Negara :نڮارا atau نڮارا
Semangka : سماڠكاatau سماڠكا

Penulisan Sastra Pegon dengan konsonan rangkap

Penulisan konsonan rangkap pengucapannya seolah – olah ada bunyi E (Pȇpȇt), maka jika diucapkan perlahan – lahan akan terasa bunyi E (Pȇpȇtnya).
Contoh :
• Program, jika dibaca perlahan akan terasa perogram.
• Struktur, jika dibaca perlahan akan terasa seteruktur.
Cara penulisan konsonan rangkap dengan Huruf Pegon adalah dengan mengembalikan bunyi E (Pȇpȇt) yang seolah – olah ada pada konsonan rangkap tersebut.
Contoh :
• Kata program maka jika ditulis Pegon menjadi ڨروڮرام,
• Praduga menjadi ڨراڎوڮا.
• Struktur menjadi ستروكتور .

Kaidah Hamzah (alif) diawal kalimah

1. Alif diberi Hamzah diatas dibaca A/O contoh : ono ditulis أنا.
2. Alif diberi Hamzah dibawah dibaca I contoh : ini ditulis إني.
3. Alif diberi Hamzah diatas dan Wawu (أو) dibaca U contoh : udara ditulis أوڎارا
4. Alif diberi Hamzah dibawah dan Ya’ (ي) dibaca E, contoh : Enak ditulis يناكإ
5. Alif tanpa Hamzah dan Wawu dibaca O contoh : Orang ditulis : اوراڠ
6. Alif tanpa Hamzah, tanpa Wawu dan tanpa Ya’ dibaca E, contoh elang ditulis الاڠ
7. Alif diberi Hamzah diatas dan Ya’ dibaca E. Contoh : Epson ditulis أيڨسان

Catatan :
1. Kaidah menyambung Huruf – huruf Pegon sama dengan kaidah menyambung huruf – huruf Hijaiyyah.
2. Bahasa Indonesia atau Jawa yang diserap dari bahasa Arab tetap ditulis aslinya. Contoh : kata "Islam" harus ditulis اسلام bukan ايسلام , kata “Batin” ditulis باطن bukan باطين.

3. Penutup
Demikian kaidah – kaidah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan maupun penyampaian harap segera melapor yang bersangkutan. Semoga bermanfa’at apa yang kita pelajari bersama ini. Amien.

Sumber : http://www.santriyai.com/2018/01/mengenal-asal-arab-pegon-serta-kaidah.

1 komentar: