Senin, 19 Juni 2017

Ilmu Tasawuf

Seorang suffi wajib mengamalkan ISLAM.tidak ada tassawuf tanpa fiqih, karena hukum hukum lahiriah dari ALLOH tidak bisa diketahui tanpa fiqih.Dan tidak ada fiqih tanpa tassawuf, karena tidak sempurna amal kecuali dibarengi tujuan menghadap diri kepadaNYA, juga tidak ada fiqih dan tassawuf tanpa iman.




Maka menggabungkan keduanya menjadi suatu kewajiban, karena ketergantungan keduanya dalam hukum seperti ketergantungan Ruh dan Raga.(Syech Ahmad bin Muhammad bin Ajibah Al Hasani ).Syech al Hafidz Abu Na’in Rahimahulloh berkata : Menjadi prinsip, bahwa menghadap diri kepada ALLOH dengan benar mensyaratkan adanya kesesuaian dirinya dengan apa yang diridloi ALLOH.Apayang disyaratkan tidak syah tanpa terpenuhisyaratnya : ALLOH berfirman :“ ……dan Dia tidak meridloi kekafiran bagi hambaNYA….” ( QS:39 :7),maka merealisasikan keimanan menjadi kewajiban, sebagaimana firman ALLOH “ ……..dan jika kamu bersyukur, niscaya DIA meredhoi bagimu syukurmu itu…..” (QS;39:7)Berbagai pendapat mengenai penamaan TASSAWUF, namun menurut Syech Ahmad bin Muhammad bin Ajibah Al Hasani ada lima rujukan untuk istilah TASSAWUF, sebagai berikut :1.Tassawuf berasal dari kata SHUFAH ( sehelai bulu ) karena seorang sufi bersama ALLOH adalah seperti sehelai bulu yang terlempar yang tidak mempunyai rencana apa apa.2.Tassawuf berasal daru shufa AL Qafa ( sehelai bulu dipunggung),karena kelembutanya,seorang sufi itu ringan dan lembut seperti bulu.3.Tassawuf berasal dari kata SIFAH ( ke indahan ).seorang sufi tersifati sifat sifat terpuji dan meninggalkan sifat sifat tercela.4.Tassafuf berasal dari kata SHAFAH,bersih atau jernih.5.Tassawuf berasal dari kata SHUFFAH ( koridor) Masjid Nabawi yang menjadi tempat para ahli shuffah, karena setiap sufi mengikuti sifat yang telah oleh ALLOH kepada mereka dalam firmaNYA:“dan bersabarlah kamu bersama sama dengan orang yang menyeru Tuhanya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridloaaNYA “.( QS:18; 28 ).Menurut Syech Zarug rahimahulloh Ayat ini merupakan dasar rujukan semua pendapat tentang tassawufSelanjutnya berbgai pendapat mengenai definisi tassawuf kami kemukakan sebagai berikut :1.Syekh Junaid Al Bagdad :Tassawuf : ialah hendaknya keadaanmu beserta ALLOH tanpa ada perantara2. Syekh Ma’ruf Al Karokhi :Tassawuf adalah mencari hakekat dan meninggalkan dari segalasesuatu   yang  ada pada tangan makhluq.3.Dzunnun Al Misri :Tassawuf adalah tidak payah karena mencari dan tidak susah musnahnya milik.4.Sahal At TasturySuffi adalah orang yang bersih dari kotoran dan penuh pemikiran dan hanya memusatkan pada ALLOH semata tanpa manusia, dan sama baginya harta benda dengan tanah liat.5. Prof.DR.HAMKATassawuf adalah membersihkan jiwa dari pengaruh benda atau alam supaya dia mudah menuju kepada TUHANdari beberapa difinisi tersebut dapat disimpulkan :pada dasarnya Tassawuf adalah laku mendekatkan diri dari hamba kepada TUHANnya,dengan cara mensucikan diri melalui ibadah ibadah, meninggalkan sifat tercela dan menghiasi dengan sifat terpuji,sehingga mendapatkan kedudukan yang mulia disisi ALLOH.II.SUMBER TASAWUFDalam kitab Perkembangan Tassawuf Dari Abad ke Abad Prof.DR.HAMKA menyimpulkan:”Tassawuf islam tumbuh sejak tumbuhnya agama islam itu sendiri.Bertumbuh didalam jiwa pendiri islam itu sendiri,yaitu nabi Muhammad saw.Disauk airnya dari dalam AL Qur’an.Syekh Ahmad bin Muhammad bin ‘Ajibah al Hasani ,mengatakan : Ilmu Tassawuf bersumber dari Al Qur’an, Sunnah, Ilham orang orang salih dan riwayat dari para ‘arif.Beberapa ayat Al Qur’an sebagi landasan Tassawuf sebagai berikut :1.Qur’an 3 ;Surat Ali Imron 31Katakanlah ; Jika kamu mencintaiALLOH, ikutilahaku,niscaya ALLOH mencintaimu dan mengampuni dosadosamu ALLOH maha pengampun maha penyayang.”2.Al Qur’an 33:Al Ahzab :41 – 42“Hai orang orang beriman berdzikirlah ( dengan menyebut nama ALLOH ),dzikir sebanyak sebanyaknya, dan bertasbihlah kepadaNYA diwaktu pagi dan petang.”3.Al Qur’an 2:Al Baqoroh ;186“Dan apabila hambaku hambaku bertanya kepadamu tentang AKU maka ( jawablah),AKU adalah dekat.AKU mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdo’a kepadaKU.Maka hendaklah merekaitu memenuhi (segala perintahku ) dan hendaklah mereka beriman kepadaKU, agarmereka memperoleh kebenaran “.4.Al Qur’an2:Albaqoroh ;115“Timur dan barat adalah kepunyaan ALLOH,kemana saja kamu berpaling disitu ada wajah ALLOH sungguh.Alloh maha luas maha mengetahui “.5.AlQur’an 50: Qof: 16“ Dan sesungguhnya KAMI telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya,dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya .“III.KEGUNAAN TASSAWUFBuah yang diharapkan dari laku TASSAWUF adalah jiwa yang dermawan, hati yang tenang, dan pekerti yang baik kepada semua makluk.Dan Tassawuf dapat digunakan sebagai sarana untuk mendidik hati dan mengetahui alam gaib menuju buahnya tersebut diatas.Ilmu Tassawuf tidak berbicara tentang ungkapan lisan, melainkan tentang perasaan dan emosi.Ilmu ini tidak bisa dipelajari dari lembar kertas, melainkan diambil dari para ahli rasa.Imu ini tidak  bisa diperoleh dengan banyak ceritera, melainkan dengan melayani para guru dan menyertai para ahli kesempurnaan ( ahluluKamal)Ilmu Tasawuf merupakan penyempurna dansyarat bagi semua ilmu lain, karena tidak ada satupun ilmu dan perbuatan kecuali bertujuan menghadap diri kepada ALLOH, dan ikhlas merupakan syarat dalam segala urusan.Syech As Sayuthi berkata :Ilmu Tassawuf menjadi penyempurna dan memperindah bagi ilmu ilmu lain,hubungan ilmu tassawuf dengan ilmu lain seperti hubungan ilmu bayan dan nahwu ataumenurut sych Zaruq;seperti ruh dan jasad.IV. KEUTAMAKAN DAN HUKUM MEMPELAJARI TASSAWUFEsesnsi utama dari tassawuf adalah Dzat yang Maha Tinggi,karena objek tassawuf adalah dzat  yang maha tinggi.Oleh karena itu ilmu yang membahas dzat yang maha tinggi secara mutlahk adalah  ilmu paling utama.Ilmu Tassawuf dibagian awal memberi petunjuk untuk takut kepada ALLOH, dibagian tengahnya memberikan petunjuk untuk bergaul dengan NYA. dan dibagian akhir memberi petunjuk untuk mengetahui NYA dan untuk mempergunakan seluruh waktu  untuk beribadahkepada NYA..Syeikh ash –Shiqla r.a berkata :barang siapa membenarkan ilmu ini,maka dia tergolong orang orang pilihan, setiap orang yang memahaminya tergolong orang orang terpilih diantara orang pilihan, dan setiap orang yang berbicara dan berbincang tentang ilmu ini, adalah bintang yang tidak terlihat dalam lautan yang tidak terkuras airnya.Jika engkau bertemu dengan orang yang dianugerahi sehingga membenarkan ilmu ini,maka gembirakanlahdia.Jika engkau bertemu dengan orang yang dianugerahi sehingga dia memhami ilmu Tassawuf ini irilah padanya. Jika engkau bertemu denganorang yang dianugerahi berbicara ilmu Tassawuf, muliakanlah ia.Dan jika engkau melihat orang yang mengecam ilmu Tassawuf,maka jauhilah dan hindarilah dia, layaknya engkau lari menjauhi karena takut melihat singa.Tidak satu jenis ilmu  kecuali pada suatu waktu ilmu itu  tidak dibutuhkan, kecuali lmu Tassawuf.Selamanya tak ada seorangpun yang merasa tidak memerlukanlagi.Menurut Imam AL Gozali, dari sisi syariat, hukum bertassawuf adalah fardlu ‘ain ( kewajiban individual ), karena setiap orang selain para nabi, pasti punya cacat atau penyakit.


Sumber :

https://sufipopuler.wordpress.com/artikel-tasawuf/fungsi-dan-keutamaan-ilmu-tasawuf

Beberapa pihak yang tidak suka mengenai tasawuf, umumnya orang-orang Wahhabi, kerap kali melakukan penipuan dan pemelintiran mengenai pendapat Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengenai tasawuf. Padahal faktwanya, Imam Syafi’i banyak memuji ahli tasawuf(sufi), bahkan menganjurkan umat Islam untuk menjalani tasawuf.Salah satu pendapat Imam Asy-Syafi’i yang sering disalah pahami adalah apa yang disebutkan oleh Imam al-Baihaqi di dalam Manaqib Imam al-Syafi’i. Pembenci tasawuf, bahkan dengan sengaja mengutip dalam kitab Imam al-Baihaqi secara tidak utuh demi menyembunyikan kebenaran dan mengedepankan hawa nafsu syaithoniyah. Komentar Imam al-Syafi’i dalam kitab Imam Al Baihaqi tersebut adalah:“Kalau seorang menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu“.Berikut penjelasan lengkap beserta sanadnya dalam kitab Manaqib al-Syafi’i lil-Imam Al Baihaqi:“Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al Hafizh, berkata: Aku telah mendengar Abu Muhammad; Ja’far ibn Muhammad al Harits berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah al Husain ibn Muhammad ibn Bahr, berkata: Aku telah mendengar Yunus ibn Abd al A’la berkata: Aku telah mendengar asy-Syafi’i berkata: “Jika ada seseorang bertasawwuf di pagi hari maka sebelum datang zhuhur aku sudah mendapatinya telah menjadi orang dungu“.Dan telah memberitakan kepada kami Abu Abdurrahman as-Sullami, berkata: Aku telah mendengarJa’far ibn Muhammad al Maraghi, berkata: Aku telah mendengar al Husain ibn Bahr, berkata: (lalu mengatakan apa yang dinyatakan oleh Imam Syafi’i di atas).Telah mengabarkan kepada kami Muhammad ibn Abdullah, berkata: Aku telah mendengar Abu Zur’ah ar-Razi, berkata: Aku telah mendengar Ahmad ibn Muhammad ibn as-Sindi, berkata: Aku telah mendengar ar-Rabi’ ibn Sulaiman, berkata:“Aku tidak pernah melihat seorang -yang bernar-benar- sufi kecuali Muslim al-Khawwash“.Aku (Al-Bayhaqi) katakan: “Sesungguhnya yang dimaksud -oleh Imam Syafi’i-: adalah orang yang masuk dalam kalangan sufi yang hanya mencukupkan dengan “nama” saja sementara dia tidak paham makna intinya, dia hanya mementingkan catatantanpa mendalami hakekatnya, hanya duduk dan tidak mau berusaha, ia menyerahkan biaya hidup dirinya ke tangan orang-orang Islam, dia tidak peduli dengan orang-orang Islam tersebut, tidak pernah menyibukan diri dengan mencari ilmu dan ibadah, sebagaimana maksud ucapan Imam Syafi’i ini ia ungkapkan dalam riwayat lainnya”, yaitu riwayat yang telah dikabarkan kepada kami oleh Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah ar-Razi berkata: Aku telah mendengar Ibrahim ibn al Mawlid berkata dalam meriwayatkan perkataan asy-Syafi’i: “Seseorang tidak akan menjadi sufi hingga terkumpul pada dirinya empat perkara; pemalas, tukang makan, tukang tidur, dan tukang berlebihan”. Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam mu’amalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.… telah mengabarkan kepada kami Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: aku mendengar Abdullah bin al-Husain Ibnu Musa al-Sullami, mengatakan: aku mendengar Ali bin Ahmad, mengatakan: aku mendengar Ayyub bin Sulaiman, mengatakan: aku mendengarkan Muhammad bin Muhammad bin Idris al-Syafi’i mengatakan: aku mendengarkan ayahku mengatakan: “Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maknanya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat)”.Ibnul Qayyim al-Jauziyyah (ulama Wahabi) mengutip ucapan Imam al-Syafi’i didalam kitabnya:قال الشافعي رضي الله عنه : صحبت الصوفية فما انتفعت منهم إلا بكلمتين سمعتهم يقولون الوقت سيف فإن قطعته وإلا قطعك ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل . قلت – أي ابن القيم – : يا لهما من كلمتين ما أنفعهما وأجمعهما وأدلهما على علو همة قائلهما ويقظته ويكفي في هذا ثناء الشافعي على طائفة هذا قدر كلماتهم“Imam Syafi’i berkata: “Aku berteman dengankaum sufi dan tidaklah aku mendapat MANFA’AT dari mereka kecuali dua kalimat yang aku dengar darimereka yaitu, “Waktu itu adalah pedang jika kamu mampu memutusnya, jika tidak maka waktu itu yang akan memutusmu. Dan nafsumu jika tidak disibukkan dengan kebenaran, maka akan disibukkan dgn kebathilan”. Aku katakan (Ibnul Qoyyim): “Aduhai sangatlah manfaat dan mencangkup duakalimat tersebut dan sangat menunjukanatas tingginya semangat dan ketajaman pikiran orang yang mengatakan dua kalimat tersebut, dan cukuplah hal ini sebagai pujian Imam Syafi’i pada mereka…” (Madarij As-Salikin juz 3 hal; 129).Imam Syafi’i didalam kitab Diwannnya:فقيهاً وصوفياً فكن ليس واحدا فإنــي وحـق الله إيـاك أنصحفذلك قاس لم يذق قلبه تقــى وهذا جهول كيف ذو الجهل يصلح“Jadilah kamu seorang ahli fiqih yang bertasawwuf jangan jadi salah satunya, sungguh dengan haq Allah aku menasehatimu. # Jika kamu menjadi ahlifiqih saja, maka hatimu akan keras tak akan merasakan nikmatnya taqwa. Dan jka kamu menjadi yang kedua saja, makasungguh dia orang teramat bodoh, maka orang bodoh tak akan menjadi baik “. (Diwan Imam Syafi’i halaman : 19)Imam Asy-Syafi’i Memuji Ulama SufiBahkan di satu kesempatan, Imam As Syafi’i memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar-Razi pernah menyatakan,”Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan Asy-Syafi’i. Ia mengatakan,’Apakah engkau tahu Musa Ar-Razi? Tidak datang kepada kami dari arah timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya.’Maka aku berkata,’Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya’. Ia berkata,’Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray’. Lalu ia menyebut cirri-cirinya, dan saya tahu bahwa yang dimaksud adalah Abu Imran As-Shufi. Maka saya mengatakan,’Aku mengetahunya, ia adalah Abu Imran As-Shufi. Asy-Syafi’i mengatakan,’Dia adalah dia.’” (Adab Asy-Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164).Itulah sebagian kecil pandangan para ulama ahlussunnah wal jama’ah yang benar mengenai apa itu tasawuf dan sufi.Hanya dari kelompok menyimpang saja yang membenci dan menuduh sesat pengikut tasawuf/ sufi. Kelompok dari paham yang membenci tasawuf atau kaum sufi bisa dipastikan bukan bagian dari ahlussunnah wal jama’ah, karena tasawuf adalah bagian dari ahlussunnah wal jama’ah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar